Kelompok Tenun Mama Sariat

From Akal Lokal
Penenun Laki-laki di Kelompok Tenun Mama Sariat. (Foto: Mama Sariat)


Kelompok tenun mama Sariat adalah salah satu kelompok tenun di Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Disini, ada 17 orang penenun laki-laki. Mereka tidak malu. Tidak takut dihakimi. Karena di tempat ini, kerja bukan ditentukan oleh kelamin, tapi oleh komitmen dan kontribusi. Tenaga laki-laki menghasilkan ikatan kain yang lebih kuat. Ketika alat tenun rusak, merekalah yang memperbaiki. Semuanya berjalan setara—karena pembagian peran didasarkan pada kebutuhan, bukan stereotip.

Di tempat ini juga, setiap Minggu, anak-anak berkumpul di halaman rumah. Bukan untuk dihakimi ranking atau seragam mereka, tapi untuk belajar menenun. Sebuah keterampilan yang diwariskan turun-temurun.

Sistemnya terstruktur: anak SD belajar memintal benang. Anak SMP mulai menenun selendang kecil. Anak SMA menenun selendang besar, karena semakin besar tanggung jawab, semakin kuat karakter ditempa.

Di luar sana, laki-laki yang menenun sering dianggap aneh. Hina, bahkan.

“Kalau kita sudah maju ke depan, anggap saja yang di belakang belum tahu. Jadi kita omong, supaya mereka paham”, kata Mama Sariat[1], ketua Kelompok Tenun di Alor, NTT ini.

Sumber:

Gotong Royong Untuk Flobamoratas (GRUF) Koalisi KOPI / M. Rifqi Afdillah

  1. Mama Sariat, ketua Kelompok Tenun di Alor, Nusa Tenggara Timur