Sedekah laut

From Akal Lokal
Proses pelarungan sesajen dalam acara sedekah laut
Prosesi doa bersama serta persiapan makan bersama sebelum sesajen di larung ke laut

Tradisi Ruwatan atau Sedekah Laut di Piddo Kulon, Kendal, Jawa Tengah

Di Desa Piddo Kulon, Kendal, Jawa Tengah, terdapat sebuah tradisi turun-temurun yang dikenal sebagai Ruwatan atau Sedekah Laut. Tradisi ini merupakan bentuk rasa syukur masyarakat setempat atas melimpahnya hasil laut dan bumi yang mereka dapatkan.[1]

Prosesi Tradisi Ruwatan

Ritual dimulai dengan perjalanan dari tambak di pemukiman warga menuju muara laut lepas. Warga membawa seserahan berupa berbagai makanan dan hasil pertanian yang nantinya akan dilarung ke laut. Selain itu, sebagai bentuk syukur yang lebih besar, warga juga menyertakan kepala hewan seperti kambing atau kerbau. Namun, hal ini tidak bersifat wajib dan disesuaikan dengan kemampuan dana yang tersedia.[1]

Sebelum dilarung, sesajen terlebih dahulu didokan bersama-sama oleh masyarakat. Setelah pembacaan doa, warga melakukan makan bersama dengan lauk dari bagian tubuh hewan yang telah dimasak. Kemudian, sesajen dihanyutkan ke laut lepas diiringi oleh iring-iringan perahu warga.[1]

Ritual Pemmandian Perahu

Usai pelarungan, warga berbondong-bondong memandikan perahu mereka dengan air laut. Ritual ini dipercaya dapat mendatangkan keberkahan, terutama dalam hasil tangkapan ikan yang melimpah saat melaut.[1]

Waktu Pelaksanaan

Tradisi Ruwatan dilaksanakan setiap tahun pada bulan Suro (Muharram) dalam penanggalan Jawa. Hingga kini, tradisi ini masih terus dilestarikan sebagai bagian dari kearifan lokal masyarakat Piddo Kulon.[1]

Melalui Ruwatan, masyarakat tidak hanya menunjukkan rasa syukur, tetapi juga mempererat kebersamaan dan melestarikan warisan budaya leluhur.

Penulis Artikel

✍️ Ditulis oleh: Kue Bolu, Lia de Ornay

Sumber:

  1. 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 TM untuk Knowledge Management GEF SGP fase 7 / Sumartini