Tenun Cepuk: Difference between revisions
(Created page with "thumb|Motif Tenun Sudamala (foto:buku jejak cendekia hlm 190) '''''Tenun Cepuk''''' merupakan tenun asli dari ''Tanglad''. ''Tanglad'' adalah satu-satunya desa di Nusa Penida yang sampai saat ini masih memiliki penenun antargenerasi. Di sana, kita bisa menemukan penenun baik dari generasi tua maupun generasi muda. Ada semua. Tenun ''Tanglad'' sendiri diperkirakan sudah dikenal sejak 1700-an, yang berasal dari Klungkung dan Badung. Dari 1...") |
No edit summary |
||
| (One intermediate revision by one other user not shown) | |||
| Line 1: | Line 1: | ||
[[File:Motif Tenun Sudamala.png|thumb|Motif Tenun Sudamala (foto:buku jejak cendekia hlm 190)]] | [[File:Motif Tenun Sudamala.png|thumb|Motif Tenun Sudamala (foto:buku jejak cendekia hlm 190)|243x243px]] | ||
'''''Tenun Cepuk''''' merupakan tenun asli dari | '''''[[Tenun]] Cepuk''''' merupakan [[tenun]] asli dari Tanglad. Tanglad adalah satu-satunya desa di Nusa Penida yang sampai saat ini masih memiliki penenun antargenerasi. Di sana, kita bisa menemukan penenun baik dari generasi tua maupun generasi muda. Ada semua. | ||
[[Tenun]] Tanglad sendiri diperkirakan sudah dikenal sejak 1700-an, yang berasal dari Klungkung dan Badung. Dari 1800-an sampai sebelum 1900, Tanglad merupakan daerah penghasil kapas dan benang untuk dikirim ke Desa Tenganan, sebuah desa ''aga'' (tua) di Bali daratan. Dulu, penenun hanyalah kaum perempuan. Sementara sekarang, sudah biasa bila laki-laki juga menjadi penenun. Menurut I Wayan Sedemen, faktor ekonomi adalah salah satu alasan yang kuat mengapa seorang laki-laki menjadi penenun. Dan ternyata, ia memang memiliki bakat di bidang itu.<ref name=":0">Damayanti, Ery dan Masjhur Nina. 2022. Jejak Cendekia Nusantara. Jakarta:Terasmitra bekerjasama dengan GEF-SGP Indonesia dan LiterasiVisual15</ref> | |||
== Jenis-jenis ''Cepuk'' == | == Jenis-jenis ''Cepuk'' == | ||
Banyak terdapat jenis ''Cepuk'', dan saat ini ada 6 yang telah teridentifikasi, diantaranya: | Banyak terdapat jenis ''Cepuk'', dan saat ini ada 6 yang telah teridentifikasi, diantaranya:<ref name=":0" /> | ||
# '''Cepuk Mekawis''' jenis ''cepuk'' ini biasa digunakan untuk membungkus tulang saat upacara ''ngaben''. Di Nusa Penida, ngaben massal untuk warga yang tidak mampu mengadakan upacara ''ngaben'' sendiri dilakukan per banjar. Orang yang meninggal dimakamkan terlebih dahulu. Ketika tiba saatnya ngaben, tulangnya akan diangkat dari makamnya. Dibungkus dengan ''cepuk mekawis'', lalu diikutkan dalam upacara ''ngaben'' massal. | # '''''Cepuk Mekawis''''' jenis ''cepuk'' ini biasa digunakan untuk membungkus tulang saat upacara '''''ngaben'''''. Di Nusa Penida, ngaben massal untuk warga yang tidak mampu mengadakan upacara ''ngaben'' sendiri dilakukan per banjar. Orang yang meninggal dimakamkan terlebih dahulu. Ketika tiba saatnya ''ngaben'', tulangnya akan diangkat dari makamnya. Dibungkus dengan ''cepuk mekawis'', lalu diikutkan dalam upacara ''ngaben'' massal. | ||
# '''Cepuk Tangi Gede''' jenis ''cepuk'' ini digunakan ketika berlangsung upacara ''Apit Bangke /Sanan Empeg'', yaitu kondisi di mana anak pertama dan ketiga meninggal. Dalam upacara ini, anak kedua menggunakan ''cepuk tangi gede''. | # [[File:Motif tenun Tangi Gede.png|thumb|235x235px|Motif tenun ''Tangi Gede'' (foto: buku jejak cendekia hlm 191)]]'''''Cepuk Tangi Gede''''' jenis ''cepuk'' ini digunakan ketika berlangsung upacara '''''Apit Bangke /Sanan Empeg''''', yaitu kondisi di mana anak pertama dan ketiga meninggal. Dalam upacara ini, anak kedua menggunakan ''cepuk tangi gede''. | ||
# '''Cepuk Kecubung''' jenis ''cepuk'' ini dipakai oleh kaum perempuan untuk semua jenis upacara. | # '''''Cepuk Kecubung''''' jenis ''cepuk'' ini dipakai oleh kaum perempuan untuk semua jenis upacara. | ||
# '''Cepuk Liking Paku''' jenis ''cepuk'' yang ini dipakai oleh kaum laki-laki untuk semua jenis upacara. | # '''''Cepuk Liking Paku''''' jenis ''cepuk'' yang ini dipakai oleh kaum laki-laki untuk semua jenis upacara. | ||
# '''Cepuk Kurung''' jenis ''cepuk'' yang satu ini bebas digunakan baik oleh perempuan atau laki-laki, dan untuk semua jenis kegiatan sehari-hari. | # '''''Cepuk Kurung''''' jenis ''cepuk'' yang satu ini bebas digunakan baik oleh perempuan atau laki-laki, dan untuk semua jenis kegiatan sehari-hari. | ||
# '''Cepuk Sudamala''' jenis ''cepuk'' yang ini dipakai oleh laki- laki dan perempuan dalam upacara pembersihan. | # '''''Cepuk Sudamala''''' jenis ''cepuk'' yang ini dipakai oleh laki- laki dan perempuan dalam upacara pembersihan. | ||
Kain yang khusus dipakai oleh laki-laki biasa disebut '''''saput'''''. Sedangkan kain yang bisa dipakai oleh perempuan dan laki-laki, namanya '''''kamen'''''. Dibandingkan ''saput'', ''kamen'' berukuran lebih panjang dan lebih lebar.<ref name=":0" /> | |||
. | == Sumber: == | ||
Damayanti, Ery dan Masjhur Nina. 2022. [https://drive.google.com/file/d/1NrN0aHX2NqsOpID19UgV0gX_DfI9GEl8/view?usp=drive_link Jejak Cendekia Nusantara]. Jakarta:Terasmitra bekerjasama dengan GEF-SGP Indonesia dan LiterasiVisual15 | |||
[[Category:Tenun]] | [[Category:Tenun]] | ||
[[Category:Nusa Penida]] | [[Category:Nusa Penida]] | ||
Latest revision as of 08:56, 8 January 2025
Tenun Cepuk merupakan tenun asli dari Tanglad. Tanglad adalah satu-satunya desa di Nusa Penida yang sampai saat ini masih memiliki penenun antargenerasi. Di sana, kita bisa menemukan penenun baik dari generasi tua maupun generasi muda. Ada semua.
Tenun Tanglad sendiri diperkirakan sudah dikenal sejak 1700-an, yang berasal dari Klungkung dan Badung. Dari 1800-an sampai sebelum 1900, Tanglad merupakan daerah penghasil kapas dan benang untuk dikirim ke Desa Tenganan, sebuah desa aga (tua) di Bali daratan. Dulu, penenun hanyalah kaum perempuan. Sementara sekarang, sudah biasa bila laki-laki juga menjadi penenun. Menurut I Wayan Sedemen, faktor ekonomi adalah salah satu alasan yang kuat mengapa seorang laki-laki menjadi penenun. Dan ternyata, ia memang memiliki bakat di bidang itu.[1]
Jenis-jenis Cepuk
Banyak terdapat jenis Cepuk, dan saat ini ada 6 yang telah teridentifikasi, diantaranya:[1]
- Cepuk Mekawis jenis cepuk ini biasa digunakan untuk membungkus tulang saat upacara ngaben. Di Nusa Penida, ngaben massal untuk warga yang tidak mampu mengadakan upacara ngaben sendiri dilakukan per banjar. Orang yang meninggal dimakamkan terlebih dahulu. Ketika tiba saatnya ngaben, tulangnya akan diangkat dari makamnya. Dibungkus dengan cepuk mekawis, lalu diikutkan dalam upacara ngaben massal.
- Cepuk Tangi Gede jenis cepuk ini digunakan ketika berlangsung upacara Apit Bangke /Sanan Empeg, yaitu kondisi di mana anak pertama dan ketiga meninggal. Dalam upacara ini, anak kedua menggunakan cepuk tangi gede.
- Cepuk Kecubung jenis cepuk ini dipakai oleh kaum perempuan untuk semua jenis upacara.
- Cepuk Liking Paku jenis cepuk yang ini dipakai oleh kaum laki-laki untuk semua jenis upacara.
- Cepuk Kurung jenis cepuk yang satu ini bebas digunakan baik oleh perempuan atau laki-laki, dan untuk semua jenis kegiatan sehari-hari.
- Cepuk Sudamala jenis cepuk yang ini dipakai oleh laki- laki dan perempuan dalam upacara pembersihan.
Kain yang khusus dipakai oleh laki-laki biasa disebut saput. Sedangkan kain yang bisa dipakai oleh perempuan dan laki-laki, namanya kamen. Dibandingkan saput, kamen berukuran lebih panjang dan lebih lebar.[1]
Sumber:
Damayanti, Ery dan Masjhur Nina. 2022. Jejak Cendekia Nusantara. Jakarta:Terasmitra bekerjasama dengan GEF-SGP Indonesia dan LiterasiVisual15
