Pelebon: Difference between revisions

From Akal Lokal
No edit summary
No edit summary
 
(One intermediate revision by the same user not shown)
Line 1: Line 1:
[[File:Upacara Pelebon.png|thumb|315x315px|Upacara ''Pelebon'', (foto:jejak cendekia hlm 224)]]
[[File:Upacara Pelebon.png|thumb|315x315px|Upacara ''Pelebon'', (foto:jejak cendekia hlm 224)]]
'''''Pelebon''''' adalah ritual pembakaran jenazah yang diperuntukkan bagi kaum Brahmana dan Ksatria di Bali. Ada banyak pertimbangan mengenai kapan ''pelebon'' akan dilakukan. Bila keluarga mampu secara biaya, bisa segera diadakan. Atau, mungkin harus menunggu lebih lama dengan berbagai pertimbangan. Baik pertimbangan biaya atau pertimbangan lainnya. Semisal, menunggu kedatangan keluarga yang tinggal jauh.  
'''''Pelebon''''' adalah ritual pembakaran jenazah yang diperuntukkan bagi kaum Brahmana dan Ksatria di Bali. Ada banyak pertimbangan mengenai kapan ''pelebon'' akan dilakukan. Bila keluarga mampu secara biaya, bisa segera diadakan. Atau, mungkin harus menunggu lebih lama dengan berbagai pertimbangan. Baik pertimbangan biaya atau pertimbangan lainnya. Semisal, menunggu kedatangan keluarga yang tinggal jauh.<ref name=":0">Damayanti, Ery dan Masjhur Nina. 2022. [https://drive.google.com/file/d/1NrN0aHX2NqsOpID19UgV0gX_DfI9GEl8/view?usp=drive_link Jejak Cendekia Nusantara]. Jakarta:Terasmitra bekerjasama dengan GEF-SGP Indonesia dan LiterasiVisual15</ref>


== Contoh Pelaksanaan ''Pelebon'' ==
== Contoh Pelaksanaan ''Pelebon'' <ref name=":0" /> ==
Pada 17 November 2021 lalu, sebuah ''pelebon'' dilangsungkan di Batu Mulapan, di desa Batu Nunggul, Nusa Penida. Diadakan untuk seorang pendeta yang sudah dianggap resi, yang meninggal beberapa hari sebelumnya. Ritual pembakaran dilakukan di dekat makam, yang menghadap ke laut. Prosesi pengantaran jenazah dimulai agak siang, karena pagi itu laut sedang pasang sehingga harus menunggu sampai air agak surut.
Pada 17 November 2021 lalu, sebuah ''pelebon'' dilangsungkan di Batu Mulapan, di desa Batu Nunggul, Nusa Penida. Diadakan untuk seorang pendeta yang sudah dianggap '''''resi''''', yang meninggal beberapa hari sebelumnya. Ritual pembakaran dilakukan di dekat makam, yang menghadap ke laut. Prosesi pengantaran jenazah dimulai agak siang, karena pagi itu laut sedang pasang sehingga harus menunggu sampai air agak surut.


Prosesi tersebut berlangsung dengan diikuti oleh lebih dari seratus orang. Dimulai dengan orang yang membawa ''bantenan'', ''lalu'' ''lembu'' dan ''bade'' yang di atasnya ada ''sulinggih'' yang memimpin ritual. Diikuti oleh sekelompok anak besar dan anak muda yang membawa alat musik.
Prosesi tersebut berlangsung dengan diikuti oleh lebih dari seratus orang. Dimulai dengan orang yang membawa '''''bantenan''''', '''''lalu'' ''lembu''''' dan '''''bade''''' yang di atasnya ada '''''sulinggih''''' yang memimpin ritual. Diikuti oleh sekelompok anak besar dan anak muda yang membawa alat musik.


Ratusan orang mengikuti di belakang iring-iringan prosesi. Semua berjalan melewati pinggiran laut yang masih terendam air, dengan kedalaman paling tinggi sampai seperut orang dewasa. Ritual ini dilakukan dengan campuran kekhusukan dan kegembiraan, dalam mengantarkan secara layak orang yang dihormati.
Ratusan orang mengikuti di belakang iring-iringan prosesi. Semua berjalan melewati pinggiran laut yang masih terendam air, dengan kedalaman paling tinggi sampai seperut orang dewasa. Ritual ini dilakukan dengan campuran kekhusukan dan kegembiraan, dalam mengantarkan secara layak orang yang dihormati.


== Sumber ==
== Sumber: ==
<ref>Damayanti, Ery dan Masjhur Nina. 2022. Jejak Cendekia Nusantara. Jakarta:Terasmitra bekerjasama dengan GEF-SGP Indonesia dan LiterasiVisual15</ref>
[[Category:Sosial dan budaya]]
[[Category:Sosial dan budaya]]
[[Category:Nusa Penida]]
[[Category:Nusa Penida]]
<references />
[[Category:Kepercayaan Masyarakat Adat]]

Latest revision as of 08:44, 9 January 2025

Upacara Pelebon, (foto:jejak cendekia hlm 224)

Pelebon adalah ritual pembakaran jenazah yang diperuntukkan bagi kaum Brahmana dan Ksatria di Bali. Ada banyak pertimbangan mengenai kapan pelebon akan dilakukan. Bila keluarga mampu secara biaya, bisa segera diadakan. Atau, mungkin harus menunggu lebih lama dengan berbagai pertimbangan. Baik pertimbangan biaya atau pertimbangan lainnya. Semisal, menunggu kedatangan keluarga yang tinggal jauh.[1]

Contoh Pelaksanaan Pelebon [1]

Pada 17 November 2021 lalu, sebuah pelebon dilangsungkan di Batu Mulapan, di desa Batu Nunggul, Nusa Penida. Diadakan untuk seorang pendeta yang sudah dianggap resi, yang meninggal beberapa hari sebelumnya. Ritual pembakaran dilakukan di dekat makam, yang menghadap ke laut. Prosesi pengantaran jenazah dimulai agak siang, karena pagi itu laut sedang pasang sehingga harus menunggu sampai air agak surut.

Prosesi tersebut berlangsung dengan diikuti oleh lebih dari seratus orang. Dimulai dengan orang yang membawa bantenan, lalu lembu dan bade yang di atasnya ada sulinggih yang memimpin ritual. Diikuti oleh sekelompok anak besar dan anak muda yang membawa alat musik.

Ratusan orang mengikuti di belakang iring-iringan prosesi. Semua berjalan melewati pinggiran laut yang masih terendam air, dengan kedalaman paling tinggi sampai seperut orang dewasa. Ritual ini dilakukan dengan campuran kekhusukan dan kegembiraan, dalam mengantarkan secara layak orang yang dihormati.

Sumber:

  1. 1.0 1.1 Damayanti, Ery dan Masjhur Nina. 2022. Jejak Cendekia Nusantara. Jakarta:Terasmitra bekerjasama dengan GEF-SGP Indonesia dan LiterasiVisual15