Pahangga: Difference between revisions

From Akal Lokal
No edit summary
No edit summary
Line 1: Line 1:
[[File:Gula Aren.png|thumb|299x299px|''Pahangga'' (Gula Aren), foto: buku jejak pangan lokal nusantara hlm 121]]
[[File:Gula Aren.png|thumb|299x299px|''Pahangga'' (Gula Aren). (Foto: Buku Jejak Pangan Lokal Nusantara, hal. 121)]]
'''''Pahangga''''' merupakan nama lokal Gula Aren di wilayah Gorontalo. Terbuat dari nira pohon aren, yang dimasak di dalam kuali pada tungku berbahan bakar kayu.
'''''Pahangga''''' merupakan nama lokal untuk Gula Aren di wilayah Gorontalo. Terbuat dari nira pohon aren, yang dimasak di dalam kuali pada tungku berbahan bakar kayu.<ref name=":0">Damayanti, Ery dan Masjhur Nina. 2022. Jejak Pangan Lokal Nusantara. Jakarta: Terasmitra bekerjasama dengan GEF-SGP Indonesia dan LiterasiVisual15 (hlm: 118 - 121)</ref>
 
=== Proses ===
Dimasak menggunakan kuali dan diatas kayu bakar, setelahnya nira akan menjadi adonan yang kental, berbuih, dan mengandung gumpalan- gumpalan kecoklatan yang disebut '''''soba'''''. Itu adalah saatnya kuali diangkat dari tungku. Lalu, ''soba'' yang lengket dan manis seperti gulali merah kegemaran anak-anak, dikeluarkan dari adonan. Biasanya, para pemasak gula aren akan mengkonsumsi ''soba'' untuk kesenangan.
[[File:Proses memasak gula aren.png|thumb|Proses memasak gula aren. Foto: Jejak pangan lokal nusantara, hlm 121]]
Setelah dibersihkan dari soba, adonan lalu diaduk sampai buih menghilang dan tekstur menjadi lembut. Siap untuk dicetak. Cetakan gula aren terbuat dari tempurung kelapa yang dibelah menjadi dua. Adonan dituang ke salah satu belahan tempurung, lalu ditutup dengan belahan tempurung yang satunya lagi. Didiamkan selama beberapa waktu. Setelah mengeras, dikeluarkan dari cetakan dan dibungkus dengan daun lontar muda.
 
<ref>Damayanti, Ery dan Masjhur Nina. 2022. Jejak Pangan Lokal Nusantara. Jakarta: Terasmitra bekerjasama dengan GEF-SGP Indonesia dan LiterasiVisual15 (hlm: 118 - 121)</ref>


== Proses pembuatan ''Pahangga'' ==
''Pahangga'' biasanya dimasak menggunakan kuali dan diatas kayu bakar, setelahnya nira akan menjadi adonan yang kental, berbuih, dan mengandung gumpalan-gumpalan kecoklatan yang disebut '''''soba'''''. Itu adalah saatnya kuali diangkat dari tungku. Lalu, ''soba'' yang lengket dan manis seperti gulali merah kegemaran anak-anak, dikeluarkan dari adonan. Biasanya, para pemasak gula aren akan mengkonsumsi ''soba'' untuk kesenangan.
[[File:Proses memasak gula aren.png|thumb|Proses memasak gula aren. (Foto: Buku Jejak Pangan Lokal Nusantara, hal. 121)]]
Setelah dibersihkan dari ''soba'', adonan lalu diaduk sampai buih menghilang dan tekstur menjadi lembut. Siap untuk dicetak. Cetakan gula aren terbuat dari tempurung kelapa yang dibelah menjadi dua. Adonan dituang ke salah satu belahan tempurung, lalu ditutup dengan belahan tempurung yang satunya lagi. Didiamkan selama beberapa waktu. Setelah mengeras, dikeluarkan dari cetakan dan dibungkus dengan daun [[Pohon Lontar|lontar]] muda.<ref name=":0" />


== Sumber: ==
[[Category:Pangan lokal]]
[[Category:Pangan lokal]]
[[Category:Gorontalo]]
[[Category:Gorontalo]]

Revision as of 07:09, 17 January 2025

Pahangga (Gula Aren). (Foto: Buku Jejak Pangan Lokal Nusantara, hal. 121)

Pahangga merupakan nama lokal untuk Gula Aren di wilayah Gorontalo. Terbuat dari nira pohon aren, yang dimasak di dalam kuali pada tungku berbahan bakar kayu.[1]

Proses pembuatan Pahangga

Pahangga biasanya dimasak menggunakan kuali dan diatas kayu bakar, setelahnya nira akan menjadi adonan yang kental, berbuih, dan mengandung gumpalan-gumpalan kecoklatan yang disebut soba. Itu adalah saatnya kuali diangkat dari tungku. Lalu, soba yang lengket dan manis seperti gulali merah kegemaran anak-anak, dikeluarkan dari adonan. Biasanya, para pemasak gula aren akan mengkonsumsi soba untuk kesenangan.

Proses memasak gula aren. (Foto: Buku Jejak Pangan Lokal Nusantara, hal. 121)

Setelah dibersihkan dari soba, adonan lalu diaduk sampai buih menghilang dan tekstur menjadi lembut. Siap untuk dicetak. Cetakan gula aren terbuat dari tempurung kelapa yang dibelah menjadi dua. Adonan dituang ke salah satu belahan tempurung, lalu ditutup dengan belahan tempurung yang satunya lagi. Didiamkan selama beberapa waktu. Setelah mengeras, dikeluarkan dari cetakan dan dibungkus dengan daun lontar muda.[1]

Sumber:

  1. 1.0 1.1 Damayanti, Ery dan Masjhur Nina. 2022. Jejak Pangan Lokal Nusantara. Jakarta: Terasmitra bekerjasama dengan GEF-SGP Indonesia dan LiterasiVisual15 (hlm: 118 - 121)