Lopo: Difference between revisions
(Created page with "''Lopo'' atau rumah bulat merupakan sebuah tempat untuk berlindung dari panas siang, dingin malam, ataupun hujan khas orang ''Mollo''. ''Lopo'' juga semacam gudang atau tempat menyimpan benih jagung untuk musim tanam berikutnya. Lebih dari itu, ''Lopo'' juga memiliki peran menjadi media komunikasi antar manusia dan Tuhan. Di dalam ''Lopo'' berlangsung juga upacara-upacara adat, pertemuan keluarga, juga ritual bagi perempuan yang baru melahirkan. Pesan-pesan leluhur dapat...") |
No edit summary |
||
| Line 1: | Line 1: | ||
''Lopo'' atau rumah bulat merupakan sebuah tempat untuk berlindung dari panas siang, dingin malam, ataupun hujan khas orang ''Mollo''. ''Lopo'' juga semacam gudang atau tempat menyimpan benih jagung untuk musim tanam berikutnya. Lebih dari itu, ''Lopo'' juga memiliki peran menjadi media komunikasi antar manusia dan Tuhan. Di dalam ''Lopo'' berlangsung juga upacara-upacara adat, pertemuan keluarga, juga ritual bagi perempuan yang baru melahirkan. Pesan-pesan leluhur dapat dipahami melalui bahasa simbol yang tercantum pada struktur bangunan lembaga adat, seperti rumah bulat dengan satu bilik dan satu pintu.<ref>[https://drive.google.com/file/d/1uNizeFF1OGRJtdFIWVBq0KjFeYssRIcc/view?usp=sharing Tenun dan Para Penjaga Identitas], hal. 9</ref> | ''Lopo'' atau rumah bulat merupakan sebuah tempat untuk berlindung dari panas siang, dingin malam, ataupun hujan khas orang ''Mollo''. ''Lopo'' juga semacam gudang atau tempat menyimpan benih jagung untuk musim tanam berikutnya. Lebih dari itu, ''Lopo'' juga memiliki peran menjadi media komunikasi antar manusia dan Tuhan. Di dalam ''Lopo'' berlangsung juga upacara-upacara adat, pertemuan keluarga, juga ritual bagi perempuan yang baru melahirkan. Pesan-pesan leluhur dapat dipahami melalui bahasa simbol yang tercantum pada struktur bangunan lembaga adat, seperti rumah bulat dengan satu bilik dan satu pintu.<ref name=":0">[https://drive.google.com/file/d/1uNizeFF1OGRJtdFIWVBq0KjFeYssRIcc/view?usp=sharing Tenun dan Para Penjaga Identitas], hal. 9</ref> | ||
''Lopo'' memiliki beragam bentuk tergantung fungsinya. Secara umum berbentuk bangunan bulat. Di bagian atap lopo dipasang jendela kecil sebagai tempat keluar asap kayu bakar. Membangun ''lopo'' membutuhkan kayu ''ampupu'' (''Eucalyptus urophylla'') dan kasuari yang lurus, kokoh, keras, dan tak rapuh. Sementara atapnya tersusun dari kerangka bambu dan alang- alang sebagai penutup yang melebar ke kaki rumah. Jika atap harus diganti lima hingga enam tahun sekali, kayu tiang bisa sampai puluhan tahun. | ''Lopo'' memiliki beragam bentuk tergantung fungsinya. Secara umum berbentuk bangunan bulat. Di bagian atap lopo dipasang jendela kecil sebagai tempat keluar asap kayu bakar. Membangun ''lopo'' membutuhkan kayu ''ampupu'' (''Eucalyptus urophylla'') dan kasuari yang lurus, kokoh, keras, dan tak rapuh. Sementara atapnya tersusun dari kerangka bambu dan alang- alang sebagai penutup yang melebar ke kaki rumah. Jika atap harus diganti lima hingga enam tahun sekali, kayu tiang bisa sampai puluhan tahun.<ref name=":0" /> | ||
Tenun dan ''lopo'' menjadi pemersatu masyarakat adat Mollo, Amanuban, dan Amanatun. Keduanya menggambarkan hubungan orang Mollo, Amanuban, dan Amanatun dengan alam, manusia, dan Penciptanya. Menenun maupun membangun ''lopo'' sama-sama membutuhkan kayu keras, tanaman pewarna, kapas, alang-alang dan lainnya dari hutan dan kebun. Laki-laki Mollo bertanggung jawab atas pembangunan ''lopo''. Laki-laki yang memiliki ''lopo'' dianggap sudah siap menikah dan mandiri, mengatasi kehidupan berumah tangga kelak jika menikah. Demikian halnya perempuan dengan tenunnya. | Tenun dan ''lopo'' menjadi pemersatu masyarakat adat Mollo, Amanuban, dan Amanatun. Keduanya menggambarkan hubungan orang Mollo, Amanuban, dan Amanatun dengan alam, manusia, dan Penciptanya. Menenun maupun membangun ''lopo'' sama-sama membutuhkan kayu keras, tanaman pewarna, kapas, alang-alang dan lainnya dari hutan dan kebun. Laki-laki Mollo bertanggung jawab atas pembangunan ''lopo''. Laki-laki yang memiliki ''lopo'' dianggap sudah siap menikah dan mandiri, mengatasi kehidupan berumah tangga kelak jika menikah. Demikian halnya perempuan dengan tenunnya.<ref name=":0" /> | ||
[[Category:Sosial dan budaya]] | [[Category:Sosial dan budaya]] | ||
[[Category:Kearifan Lokal]] | [[Category:Kearifan Lokal]] | ||
Revision as of 10:01, 23 December 2024
Lopo atau rumah bulat merupakan sebuah tempat untuk berlindung dari panas siang, dingin malam, ataupun hujan khas orang Mollo. Lopo juga semacam gudang atau tempat menyimpan benih jagung untuk musim tanam berikutnya. Lebih dari itu, Lopo juga memiliki peran menjadi media komunikasi antar manusia dan Tuhan. Di dalam Lopo berlangsung juga upacara-upacara adat, pertemuan keluarga, juga ritual bagi perempuan yang baru melahirkan. Pesan-pesan leluhur dapat dipahami melalui bahasa simbol yang tercantum pada struktur bangunan lembaga adat, seperti rumah bulat dengan satu bilik dan satu pintu.[1]
Lopo memiliki beragam bentuk tergantung fungsinya. Secara umum berbentuk bangunan bulat. Di bagian atap lopo dipasang jendela kecil sebagai tempat keluar asap kayu bakar. Membangun lopo membutuhkan kayu ampupu (Eucalyptus urophylla) dan kasuari yang lurus, kokoh, keras, dan tak rapuh. Sementara atapnya tersusun dari kerangka bambu dan alang- alang sebagai penutup yang melebar ke kaki rumah. Jika atap harus diganti lima hingga enam tahun sekali, kayu tiang bisa sampai puluhan tahun.[1]
Tenun dan lopo menjadi pemersatu masyarakat adat Mollo, Amanuban, dan Amanatun. Keduanya menggambarkan hubungan orang Mollo, Amanuban, dan Amanatun dengan alam, manusia, dan Penciptanya. Menenun maupun membangun lopo sama-sama membutuhkan kayu keras, tanaman pewarna, kapas, alang-alang dan lainnya dari hutan dan kebun. Laki-laki Mollo bertanggung jawab atas pembangunan lopo. Laki-laki yang memiliki lopo dianggap sudah siap menikah dan mandiri, mengatasi kehidupan berumah tangga kelak jika menikah. Demikian halnya perempuan dengan tenunnya.[1]
- ↑ 1.0 1.1 1.2 Tenun dan Para Penjaga Identitas, hal. 9
