Lingai: Difference between revisions
Lia de Ornay (talk | contribs) No edit summary |
Lia de Ornay (talk | contribs) No edit summary |
||
| Line 9: | Line 9: | ||
<references /> | <references /> | ||
[[Category:Kearifan Lokal]] | [[Category:Kearifan Lokal]] | ||
[[Category:Semau]] | [[Category:Pulau Semau]] | ||
Latest revision as of 10:50, 8 January 2025
Lingai adalah sebuah tradisi di Pulau Semau yang berkaitan dengan panen. Berbentuk tarian dan nyanyian, yang dilakukan sambil menginjak jagung. Li berarti tari dan ngai berarti jagung. Tradisi lingai yang dilakukan setelah panen ini mengandung makna yang mendalam. Dahulu, ketika jagung masih menjadi makanan pokok di Semau, tradisi ini sekaligus merupakan cara untuk mengawetkan jagung.[1]
Jagung hasil panen yang sudah dipipil, ditebar di atas terpal atau tikar ukuran besar. Di atas tebaran pipilan jagung tersebut lalu ditebar abu hasil bakaran kayu kutambing. Abu tersebut adalah bagian penting dari proses injak jagung ini. Karena, dianggap bisa menjaga jagung agar tetap kering dan terhindar dari kutu.[1]
Sumber:
Damayanti, Ery dan Masjhur Nina. 2022. Jejak Cendekia Nusantara. Jakarta:Terasmitra bekerjasama dengan GEF-SGP Indonesia dan LiterasiVisual15
