Kakukurisa: Difference between revisions
From Akal Lokal
Lia de Ornay (talk | contribs) No edit summary |
Lia de Ornay (talk | contribs) No edit summary |
||
| (One intermediate revision by the same user not shown) | |||
| Line 3: | Line 3: | ||
== Cara Pengelolaan == | == Cara Pengelolaan == | ||
Untuk mengolah ''Kakukurisa'', daun harus dicuci dan diperas berkali-kali sampai air cucian bening. Jika masih berwarna biru, berarti masih ada racun yang tersisa, dapat menyebabkan gatal-gatal.<ref name=":0" /> | Untuk mengolah ''Kakukurisa'', daun harus dicuci dan diperas berkali-kali sampai air cucian bening. Jika masih berwarna biru, berarti masih ada racun yang tersisa, dapat menyebabkan gatal-gatal.<ref name=":0" /> | ||
{{Penulis}} | |||
== Sumber: == | |||
<references /> | <references /> | ||
[[Category:Makanan lokal]] | [[Category:Makanan lokal]] | ||
[[Category:Tanaman Lokal]] | [[Category:Tanaman Lokal]] | ||
[[Category:Wakatobi]] | |||
Latest revision as of 02:59, 23 April 2025
Kakukurisa[1] adalah jenis tumbuhan jalar dan banyak ditemukan di wilayah pesisir Binongko. Warga memetik daun muda maupun tua untuk dijadikan sayur berkuah santan. Daun Kakukurisa ini beracun.
Cara Pengelolaan
Untuk mengolah Kakukurisa, daun harus dicuci dan diperas berkali-kali sampai air cucian bening. Jika masih berwarna biru, berarti masih ada racun yang tersisa, dapat menyebabkan gatal-gatal.[1]
Penulis Artikel
Sumber:
- ↑ 1.0 1.1 Fitria, Linda, dkk. 2021. Wakatobi dalam Pusaran Zaman: Sebuah Antologi. Jakarta: Terasmitra dan Wisanggeni91
