Biboki: Difference between revisions

From Akal Lokal
(Created page with "Biboki merujuk kepada nama suku yang bermukim di Desa Tamkesi, Desa TautPah, Kecamatan Biboki Selatan, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). Berada di atas pegunungan, bisa ditempuh sekitar 2-3 jam dari pusat kota Kefamenanu. Dahulu, Biboki adalah sebuah kerajaan, tepatnya kekaisaran. Keberadaanya sebelum kedatangan bangsa Portugis di abad XV dan Belanda di abad XVII di Pulau Timor. Saat itu, kekaisaran Biboki ‘berafiliasi’ dengan dua kekuasaan besar, yaitu ‘''Liurai...")
 
 
(One intermediate revision by one other user not shown)
Line 1: Line 1:
Biboki merujuk kepada nama suku yang bermukim di Desa Tamkesi, Desa TautPah, Kecamatan Biboki Selatan, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). Berada di atas pegunungan, bisa ditempuh sekitar 2-3 jam dari pusat kota Kefamenanu. Dahulu, Biboki adalah sebuah kerajaan, tepatnya kekaisaran. Keberadaanya sebelum kedatangan bangsa Portugis di abad XV dan Belanda di abad XVII di Pulau Timor. Saat itu, kekaisaran Biboki ‘berafiliasi’ dengan dua kekuasaan besar, yaitu ‘''Liurai''’ di timur dan ‘''Sonbai''’ di barat. Hal ini dibenarkan oleh adanya dua tugu besar di pusat kekaisaran Biboki, ‘''Tamkesi’''. ‘''Tamkesi''’ artinya ‘penuh dan sempurna’.<ref name=":0">Palupi, Ning. 2023. [https://drive.google.com/file/d/1i6qKRvUHpjDvlRGu4JVv9h9gtaTsR1ZT/view?usp=sharing Puan Maestro_Para Perempuan Penenun Kain Biboki]. Yogyakarta: Terasmitra</ref>
== Biboki sebagai Suku ==
Biboki merujuk kepada nama sub etnis dari Suku Dawan, etnis mayoritas yang bermukim di Desa Tamkesi, Desa TautPah, Kecamatan Biboki Selatan, [https://ttukab.go.id/ Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU)], [https://nttprov.go.id/ Nusa Tenggara Timur (NTT)]. Berada di atas pegunungan, bisa ditempuh sekitar 2-3 jam dari pusat kota Kefamenanu.  


Kata ‘Biboki’ dibentuk dari dua kata, yaitu preposisi ‘Bi’ yang berarti ‘Di’, dan kata benda ‘Boki’ artinya ‘Penyangga’, ‘Penyeimbang’. Schulte Nordholt (profesor Sejarah Indonesia KITLV di Universitas Leiden) menyebut, Kerajaan Biboki adalah Kerajaan ‘''Bufferzone''’, yaitu Kerajaan Penyangga, Penyeimbang. Hal ini didasarkan pada letak geografis tanah Biboki bersama dengan tanah Belu terletak pada ‘pinggang’ dari Pulau Timor, yaitu di tengah-tengah Pulau Timor. Selain itu, Biboki berada persis pada pusaran dua wilayah teritorial-kultural yang besar, yaitu Belu-Tetun dan TTU hingga Kupang, yang Dawan.<ref name=":0" />
Dahulu, Biboki adalah sebuah kerajaan, tepatnya kekaisaran. Keberadaanya sebelum kedatangan bangsa Portugis di abad XV dan Belanda di abad XVII di Pulau Timor. Saat itu, kekaisaran Biboki ‘berafiliasi’ dengan dua kekuasaan besar, yaitu ‘''Liurai''’ di timur dan ‘''Sonbai''’ di barat. Hal ini dibenarkan oleh adanya dua tugu besar di pusat kekaisaran Biboki, ‘''Tamkesi’''. ‘''Tamkesi''’ artinya ‘penuh dan sempurna’.<ref name=":0">Palupi, Ning. 2023. [https://drive.google.com/file/d/1i6qKRvUHpjDvlRGu4JVv9h9gtaTsR1ZT/view?usp=sharing Puan Maestro_Para Perempuan Penenun Kain Biboki]. Yogyakarta: Terasmitra (hal.16)</ref> Dari Kefamenanu, perjalanan menuju Desa Tamkesi membutuhkan waktu kurang dari tiga jam, dengan melewati jalanan berbukit dan berbatu. Di tempat pemberhentian kendaraan terakhir, ada sebuah plang bertuliskan ''Eno Fatnai Naimnune'', kata-kata dalam Bahasa Dawan yang artinya "Pintu Tuan Rumah Perempuan". Dalam pengertian yang lebih luas, kalimat itu adalah ucapan selamat memasuki daerah sonaf atau istana Kerajaan Biboki.<ref>Fitria, Linda, dkk. 2018. [https://drive.google.com/file/d/1SUVwtVQQqDmCReKGvxHQ0T1IaOkj2Y3G/view?usp=sharing Dari Sergai ke Kefa: Kumpulan Reportase Geliat Hidup Rakyat]. Jakarta: Terasmitra </ref>


Saat ini, Biboki merupakan wilayah kecamatan di Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur. Di masa pemerintahan Orde Baru, masyarakat Biboki terhimpun dalam dua kecamatan yaitu Kecamatan Biboki Utara dengan ibukotanya Manumean, yang kemudian dipindahkan ke Lurasik, dan Kecamatan Biboki Selatan dengan ibukotanya Manufui. Sebelumnya, ketika Kabupaten Timor Tengah Utara masih dalam pola Swapraja, seluruh teritorial Kerajaan Biboki merupakan satu Swapraja yaitu Swapraja Biboki dengan ibukotanya Manufui.<ref name=":0" />
Kata ‘Biboki’ dibentuk dari dua kata, yaitu preposisi ‘Bi’ yang berarti ‘Di’, dan kata benda ‘Boki’ artinya ‘Penyangga’, ‘Penyeimbang’. Kerajaan Biboki adalah Kerajaan ‘''Bufferzone''’, yaitu Kerajaan Penyangga, Penyeimbang<ref>Schulte Nordholt (profesor Sejarah Indonesia KITLV di Universitas Leiden)</ref>. Hal ini didasarkan pada letak geografis tanah Biboki bersama dengan tanah Belu terletak pada ‘pinggang’ dari Pulau Timor, yaitu di tengah-tengah Pulau Timor. Selain itu, Biboki berada persis pada pusaran dua wilayah teritorial-kultural yang besar, yaitu Belu-Tetun dan TTU hingga Kupang, yang Dawan.<ref name=":0" />
 
== Biboki saat ini ==
Saat ini, Biboki merupakan wilayah kecamatan di [https://ttukab.go.id/ Kabupaten TTU], [https://nttprov.go.id/ NTT]. Di masa pemerintahan Orde Baru, masyarakat Biboki terhimpun dalam dua kecamatan, yaitu Kecamatan Biboki Utara dengan ibukotanya Manumean, yang kemudian dipindahkan ke Lurasik, dan Kecamatan Biboki Selatan dengan ibukotanya Manufui. Sebelumnya, ketika Kabupaten TTU masih dalam pola Swapraja, seluruh teritorial Kerajaan Biboki merupakan satu Swapraja, yaitu Swapraja Biboki dengan ibukotanya Manufui.<ref name=":0" />


Kini, dua kecamatan yang ada mengalami pemekaran menjadi enam kecamatan. Kecamatan Biboki Utara dimekarkan menjadi tiga, yaitu Biboki Utara dengan ibukotanya Lurasik, Biboki `''Feot-Leu''’ (Saudari Keramat) beribukota di Manumean, dan Biboki `''An-Leu''’ (Putra Keramat) dengan ibukotanya Ponu. Biboki Selatan pun dimekarkan menjadi tiga yaitu Kecamatan Biboki Selatan dengan ibukotanya Manufui, Kecamatan `''Moen-Leu''’ (Saudara Keramat) dengan ibukotanya Mena-Kaubele, dan Biboki `''Tanpah''’ (Penerobos Bumi) dengan ibukotanya di Oenopu.<ref name=":0" />
Kini, dua kecamatan yang ada mengalami pemekaran menjadi enam kecamatan. Kecamatan Biboki Utara dimekarkan menjadi tiga, yaitu Biboki Utara dengan ibukotanya Lurasik, Biboki `''Feot-Leu''’ (Saudari Keramat) beribukota di Manumean, dan Biboki `''An-Leu''’ (Putra Keramat) dengan ibukotanya Ponu. Biboki Selatan pun dimekarkan menjadi tiga yaitu Kecamatan Biboki Selatan dengan ibukotanya Manufui, Kecamatan `''Moen-Leu''’ (Saudara Keramat) dengan ibukotanya Mena-Kaubele, dan Biboki `''Tanpah''’ (Penerobos Bumi) dengan ibukotanya di Oenopu.<ref name=":0" />


== Etnis Biboki ==
Secara etnis, masyarakat Biboki terkomposisi dari manusia yang berasal dari arah Matahari Terbit (Timur), yaitu ‘''Mansa Saena''’ (bahasa Dawan) atau ‘Loro Sae’ (bahasa Tetun), dan dari arah Matahari Terbenam (Barat), yaitu ‘''Mansa Moufna''’ (bahasa Dawan) atau ‘''Loro Monu''’ (bahasa Tetun).<ref name=":0" />
Secara etnis, masyarakat Biboki terkomposisi dari manusia yang berasal dari arah Matahari Terbit (Timur), yaitu ‘''Mansa Saena''’ (bahasa Dawan) atau ‘Loro Sae’ (bahasa Tetun), dan dari arah Matahari Terbenam (Barat), yaitu ‘''Mansa Moufna''’ (bahasa Dawan) atau ‘''Loro Monu''’ (bahasa Tetun).<ref name=":0" />
== Sumber: ==
Palupi, Ning. 2023. [https://drive.google.com/file/d/1i6qKRvUHpjDvlRGu4JVv9h9gtaTsR1ZT/view?usp=drive_link Puan Maestro_Para Perempuan Penenun Kain Biboki]. Yogyakarta: Terasmitra
Fitria, Linda, dkk. 2018. [https://drive.google.com/file/d/1SUVwtVQQqDmCReKGvxHQ0T1IaOkj2Y3G/view?usp=sharing Dari Sergai ke Kefa: Kumpulan Reportase Geliat Hidup Rakyat]. Jakarta: Terasmitra
[[Category:Sosial dan budaya]]
[[Category:Sosial dan budaya]]
<references />
[[Category:Biboki]]

Latest revision as of 09:32, 14 February 2025

Biboki sebagai Suku

Biboki merujuk kepada nama sub etnis dari Suku Dawan, etnis mayoritas yang bermukim di Desa Tamkesi, Desa TautPah, Kecamatan Biboki Selatan, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT). Berada di atas pegunungan, bisa ditempuh sekitar 2-3 jam dari pusat kota Kefamenanu.

Dahulu, Biboki adalah sebuah kerajaan, tepatnya kekaisaran. Keberadaanya sebelum kedatangan bangsa Portugis di abad XV dan Belanda di abad XVII di Pulau Timor. Saat itu, kekaisaran Biboki ‘berafiliasi’ dengan dua kekuasaan besar, yaitu ‘Liurai’ di timur dan ‘Sonbai’ di barat. Hal ini dibenarkan oleh adanya dua tugu besar di pusat kekaisaran Biboki, ‘Tamkesi’. ‘Tamkesi’ artinya ‘penuh dan sempurna’.[1] Dari Kefamenanu, perjalanan menuju Desa Tamkesi membutuhkan waktu kurang dari tiga jam, dengan melewati jalanan berbukit dan berbatu. Di tempat pemberhentian kendaraan terakhir, ada sebuah plang bertuliskan Eno Fatnai Naimnune, kata-kata dalam Bahasa Dawan yang artinya "Pintu Tuan Rumah Perempuan". Dalam pengertian yang lebih luas, kalimat itu adalah ucapan selamat memasuki daerah sonaf atau istana Kerajaan Biboki.[2]

Kata ‘Biboki’ dibentuk dari dua kata, yaitu preposisi ‘Bi’ yang berarti ‘Di’, dan kata benda ‘Boki’ artinya ‘Penyangga’, ‘Penyeimbang’. Kerajaan Biboki adalah Kerajaan ‘Bufferzone’, yaitu Kerajaan Penyangga, Penyeimbang[3]. Hal ini didasarkan pada letak geografis tanah Biboki bersama dengan tanah Belu terletak pada ‘pinggang’ dari Pulau Timor, yaitu di tengah-tengah Pulau Timor. Selain itu, Biboki berada persis pada pusaran dua wilayah teritorial-kultural yang besar, yaitu Belu-Tetun dan TTU hingga Kupang, yang Dawan.[1]

Biboki saat ini

Saat ini, Biboki merupakan wilayah kecamatan di Kabupaten TTU, NTT. Di masa pemerintahan Orde Baru, masyarakat Biboki terhimpun dalam dua kecamatan, yaitu Kecamatan Biboki Utara dengan ibukotanya Manumean, yang kemudian dipindahkan ke Lurasik, dan Kecamatan Biboki Selatan dengan ibukotanya Manufui. Sebelumnya, ketika Kabupaten TTU masih dalam pola Swapraja, seluruh teritorial Kerajaan Biboki merupakan satu Swapraja, yaitu Swapraja Biboki dengan ibukotanya Manufui.[1]

Kini, dua kecamatan yang ada mengalami pemekaran menjadi enam kecamatan. Kecamatan Biboki Utara dimekarkan menjadi tiga, yaitu Biboki Utara dengan ibukotanya Lurasik, Biboki `Feot-Leu’ (Saudari Keramat) beribukota di Manumean, dan Biboki `An-Leu’ (Putra Keramat) dengan ibukotanya Ponu. Biboki Selatan pun dimekarkan menjadi tiga yaitu Kecamatan Biboki Selatan dengan ibukotanya Manufui, Kecamatan `Moen-Leu’ (Saudara Keramat) dengan ibukotanya Mena-Kaubele, dan Biboki `Tanpah’ (Penerobos Bumi) dengan ibukotanya di Oenopu.[1]

Etnis Biboki

Secara etnis, masyarakat Biboki terkomposisi dari manusia yang berasal dari arah Matahari Terbit (Timur), yaitu ‘Mansa Saena’ (bahasa Dawan) atau ‘Loro Sae’ (bahasa Tetun), dan dari arah Matahari Terbenam (Barat), yaitu ‘Mansa Moufna’ (bahasa Dawan) atau ‘Loro Monu’ (bahasa Tetun).[1]

Sumber:

Palupi, Ning. 2023. Puan Maestro_Para Perempuan Penenun Kain Biboki. Yogyakarta: Terasmitra

Fitria, Linda, dkk. 2018. Dari Sergai ke Kefa: Kumpulan Reportase Geliat Hidup Rakyat. Jakarta: Terasmitra

  1. 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 Palupi, Ning. 2023. Puan Maestro_Para Perempuan Penenun Kain Biboki. Yogyakarta: Terasmitra (hal.16)
  2. Fitria, Linda, dkk. 2018. Dari Sergai ke Kefa: Kumpulan Reportase Geliat Hidup Rakyat. Jakarta: Terasmitra
  3. Schulte Nordholt (profesor Sejarah Indonesia KITLV di Universitas Leiden)