Kapas: Difference between revisions
Lia de Ornay (talk | contribs) (Created page with "thumb|Jenis kapas Bayan yang baru saja dipetik. (Foto: Nelda Hannia_TUK2) Tanaman kapas (''Gossypium hirsutum L.'') merupakan salah satu tanaman penghasil serat alami<ref>[https://kikp-pertanian.id/bpsipemanis/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/ZDUzYzJjZWRmNmZhZDNjNDI2YjRlZmE4ZWNlNjQwM2U0YmMyOGI0Mg==.pdf Kikp-pertanian.id]</ref>. File:Nelda Hannia 11.jpg|thumb|Tanaman kapas yang ditanam bersama dengan sorgum dengan metode tumpang...") |
Lia de Ornay (talk | contribs) No edit summary |
||
| Line 11: | Line 11: | ||
Bagi Raden Driwali<ref>Raden Penyunat atau juru khitan di Desa Sukadana, Bayan (67 tahun)</ref>; seorang Raden Penyunat atau juru khitan, kapas biasa digunakan sebagai bagian dari ritual adat.<ref name=":0" /> | Bagi Raden Driwali<ref>Raden Penyunat atau juru khitan di Desa Sukadana, Bayan (67 tahun)</ref>; seorang Raden Penyunat atau juru khitan, kapas biasa digunakan sebagai bagian dari ritual adat.<ref name=":0" /> | ||
[[File:Juniartini Yunita 6.jpg|thumb|Dian | [[File:Juniartini Yunita 6.jpg|thumb|Biji kapas yang dikumpulkan Dian kemudian dibudidaya di pekarangan rumah. (Foto: Juniartini Yunita_TUK2)]] | ||
Selain itu, Dian<ref>Dian (22), seorang gadis dari Desa Mengiluk, Batujai, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB)</ref> seorang penenun muda dari Desa Mengiluk, Batujai, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat juga masih menggunakan kapas sebagai bahan utama dalam menenun. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku menenunnya, Dian rutin mengumpulkan biji kapas, kemudian membudidayakan pohon kapas meski hanya di pekarangan rumah.<ref>Dokumentasi program “Tenun Untuk Kehidupan” (TUK) Batch 2: Juniartini Yunita</ref> | Selain itu, Dian<ref>Dian (22), seorang gadis dari Desa Mengiluk, Batujai, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB)</ref> seorang penenun muda dari Desa Mengiluk, Batujai, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat juga masih menggunakan kapas sebagai bahan utama dalam menenun. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku menenunnya, Dian rutin mengumpulkan biji kapas, kemudian membudidayakan pohon kapas meski hanya di pekarangan rumah.<ref>Dokumentasi program “Tenun Untuk Kehidupan” (TUK) Batch 2: Juniartini Yunita</ref> | ||
Revision as of 07:36, 16 May 2025
Tanaman kapas (Gossypium hirsutum L.) merupakan salah satu tanaman penghasil serat alami[1].
Kapas sebagai kebutuhan
Bagi masyarakat Bayan, Nusa Tenggara Barat (NTB), kapas sangat penting sebagai bahan kain tenun. Selain itu, benang kapas juga diperlukan untuk ritual, baik ritual daur hidup maupun mati, serta ritual pribadi ataupun komunal.[2]
Misalnya, kapas dipakai untuk membuat kain kombong bagi anak kecil, mengikat keranda jenazah, mengikat tiang, mengikat uang bolong sebagai gelang anak-anak, kapas untuk isian besek saat seseorang pergi berobat, untuk seserahan menikah, dan berbagai ritual lainnya.[2]
Bagi Raden Driwali[3]; seorang Raden Penyunat atau juru khitan, kapas biasa digunakan sebagai bagian dari ritual adat.[2]
Selain itu, Dian[4] seorang penenun muda dari Desa Mengiluk, Batujai, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat juga masih menggunakan kapas sebagai bahan utama dalam menenun. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku menenunnya, Dian rutin mengumpulkan biji kapas, kemudian membudidayakan pohon kapas meski hanya di pekarangan rumah.[5]
Penulis Artikel
Sumber:
- ↑ Kikp-pertanian.id
- ↑ 2.0 2.1 2.2 Dokumentasi program “Tenun Untuk Kehidupan” (TUK) Batch 2: Nelda Hannia
- ↑ Raden Penyunat atau juru khitan di Desa Sukadana, Bayan (67 tahun)
- ↑ Dian (22), seorang gadis dari Desa Mengiluk, Batujai, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB)
- ↑ Dokumentasi program “Tenun Untuk Kehidupan” (TUK) Batch 2: Juniartini Yunita
