Rumput laut: Difference between revisions

From Akal Lokal
No edit summary
No edit summary
Line 1: Line 1:
Rumput laut yang dibudidaya di pesisir pulau Sabu Raijua, yakni ''Eucheuma cottonii''. Petani rumput laut biasa memanen rumput laut dalam kurun waktu 1,5-2 bulan. Rumput laut akan dipanen saat pasang surut atau Meting. Biasanya rumput laut akan dijemur kemudian dijual kering dengan harga sekitar Rp 15.000/kg. Rumput laut biasa dipanen sekitar bulan Mei-Juni setelah ditanam selama kurun waktu 1,5-2 bulan. Waktu tanam disesuaikan dengan musim angin timur. Angin timur biasanya akan membawa nutrien baik untuk rumput laut. Sedangkan angin barat, masih aman untuk budidaya rumput laut. Tetapi, akan beresiko terkena penyakit ''ice ice''. Penyakit ''ice ice'' merupakan penyakit yang banyak menyerang rumput laut dengan ciri-ciri memutihnya rumput laut (seperti pelapukan pada kayu). Angin barat kemungkinan membawa nutrien yang tidak baik sehingga petani rumput laut akan rugi bila menanam di musim ini.
Rumput laut yang dibudidaya di pesisir pulau Sabu Raijua, yakni ''Eucheuma cottonii''. Petani rumput laut biasa memanen rumput laut dalam kurun waktu 1,5-2 bulan. Rumput laut akan dipanen saat pasang surut atau Meting. Biasanya rumput laut akan dijemur kemudian dijual kering dengan harga sekitar Rp 15.000/kg. Rumput laut biasa dipanen sekitar bulan Mei-Juni setelah ditanam selama kurun waktu 1,5-2 bulan. Waktu tanam disesuaikan dengan musim angin timur. Angin timur biasanya akan membawa nutrien baik untuk rumput laut. Sedangkan angin barat, masih aman untuk budidaya rumput laut. Tetapi, akan beresiko terkena penyakit ''ice ice''. Penyakit ''ice ice'' merupakan penyakit yang banyak menyerang rumput laut dengan ciri-ciri memutihnya rumput laut (seperti pelapukan pada kayu). Angin barat kemungkinan membawa nutrien yang tidak baik sehingga petani rumput laut akan rugi bila menanam di musim ini.
Penyakit ''ais ais'' atau ''ice-ice'' disebabkan oleh bakteri ''Vibrio Sp.'' Gejala umumnya ditandai dengan pemutihan pada bagian pangkal ''thallus'', tengah dan ujung ''thallus'' muda yang diawali dengan perubahan warna ''thallus'' menjadi putih bening atau transparan. Pegendalian ''ice ice'' di Indonesia belum tertangani dengan baik yang berakibat pada penurunan produksi rumput laut. (Sumber: DKP, 2024. [https://drive.google.com/file/d/1Axa5TnZ0-CsCc1x7CB1j26fTQva7V20y/view?usp=drive_link Buku Sangia], hal. 188)
[[File:Bibit Rumput Laut.jpg|thumb|Rumput Laut yang diikat ke tali untuk Budidaya]]
[[File:Bibit Rumput Laut.jpg|thumb|Rumput Laut yang diikat ke tali untuk Budidaya]]
Bibit rumput laut biasanya diikat ke tali dengan panjang 6 depak (10 meter). 3 tali bibit rumput laut biasanya dijual dengan harga sekitar Rp 1.000.000. Dari 1 tali, biasanya akan menghasilkan kurang lebih 4-5 kg rumput laut kering. Jika dibuat perhitungan menjual bibit dengan hasil rumput laut kering, akan lebih untuk menjual bibit. Karena, meminimalisir resiko gagal panen karena penyakit ''ice ice''. Masyarakat Sabu Raijua biasanya mendapat bibit dari pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Namun, sudah banyak petani rumput laut Sabu Raijua yang membudidaya rumput laut untuk dijual sebagai bibit. Untuk wilayah Sabu Raijua, biasanya petani rumput laut dari Desa lain (Lederaga, Lobohede di Pulau Sabu) akan membeli bibit dari Desa Ledeunu, Pulau Raijua. Dengan menjadi petani rumput laut, perekonomian masyarakat Sabu Raijua lebih baik.
Bibit rumput laut biasanya diikat ke tali dengan panjang 6 depak (10 meter). 3 tali bibit rumput laut biasanya dijual dengan harga sekitar Rp 1.000.000. Dari 1 tali, biasanya akan menghasilkan kurang lebih 4-5 kg rumput laut kering. Jika dibuat perhitungan menjual bibit dengan hasil rumput laut kering, akan lebih untuk menjual bibit. Karena, meminimalisir resiko gagal panen karena penyakit ''ice ice''. Masyarakat Sabu Raijua biasanya mendapat bibit dari pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Namun, sudah banyak petani rumput laut Sabu Raijua yang membudidaya rumput laut untuk dijual sebagai bibit. Untuk wilayah Sabu Raijua, biasanya petani rumput laut dari Desa lain (Lederaga, Lobohede di Pulau Sabu) akan membeli bibit dari Desa Ledeunu, Pulau Raijua. Dengan menjadi petani rumput laut, perekonomian masyarakat Sabu Raijua lebih baik.

Revision as of 04:26, 13 December 2024

Rumput laut yang dibudidaya di pesisir pulau Sabu Raijua, yakni Eucheuma cottonii. Petani rumput laut biasa memanen rumput laut dalam kurun waktu 1,5-2 bulan. Rumput laut akan dipanen saat pasang surut atau Meting. Biasanya rumput laut akan dijemur kemudian dijual kering dengan harga sekitar Rp 15.000/kg. Rumput laut biasa dipanen sekitar bulan Mei-Juni setelah ditanam selama kurun waktu 1,5-2 bulan. Waktu tanam disesuaikan dengan musim angin timur. Angin timur biasanya akan membawa nutrien baik untuk rumput laut. Sedangkan angin barat, masih aman untuk budidaya rumput laut. Tetapi, akan beresiko terkena penyakit ice ice. Penyakit ice ice merupakan penyakit yang banyak menyerang rumput laut dengan ciri-ciri memutihnya rumput laut (seperti pelapukan pada kayu). Angin barat kemungkinan membawa nutrien yang tidak baik sehingga petani rumput laut akan rugi bila menanam di musim ini.

Penyakit ais ais atau ice-ice disebabkan oleh bakteri Vibrio Sp. Gejala umumnya ditandai dengan pemutihan pada bagian pangkal thallus, tengah dan ujung thallus muda yang diawali dengan perubahan warna thallus menjadi putih bening atau transparan. Pegendalian ice ice di Indonesia belum tertangani dengan baik yang berakibat pada penurunan produksi rumput laut. (Sumber: DKP, 2024. Buku Sangia, hal. 188)

Rumput Laut yang diikat ke tali untuk Budidaya

Bibit rumput laut biasanya diikat ke tali dengan panjang 6 depak (10 meter). 3 tali bibit rumput laut biasanya dijual dengan harga sekitar Rp 1.000.000. Dari 1 tali, biasanya akan menghasilkan kurang lebih 4-5 kg rumput laut kering. Jika dibuat perhitungan menjual bibit dengan hasil rumput laut kering, akan lebih untuk menjual bibit. Karena, meminimalisir resiko gagal panen karena penyakit ice ice. Masyarakat Sabu Raijua biasanya mendapat bibit dari pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Namun, sudah banyak petani rumput laut Sabu Raijua yang membudidaya rumput laut untuk dijual sebagai bibit. Untuk wilayah Sabu Raijua, biasanya petani rumput laut dari Desa lain (Lederaga, Lobohede di Pulau Sabu) akan membeli bibit dari Desa Ledeunu, Pulau Raijua. Dengan menjadi petani rumput laut, perekonomian masyarakat Sabu Raijua lebih baik.

Salah satu mitra GEF SGP 7 di Sabu Raijua; Komunitas IMAN melakukan Budidaya Rumput Laut Adaptif dengan menggunakan bak resirkulasi (membaut kebun bibit di darat). Konsep pembibitan rumput laut pada bak resirkulasi atau dengan membuat kebun bibit rumput laut di darat. Prinsip pembibitan pada bak resirkulasi, yaitu dengan menyiapkan lingkungan sehat, seperti kadar air laut, suhu air laut, kebersihan air laut, dan air laut terpapar sinar matahari untuk memudahkan proses fotosintesis). TM Share Volume 441: Belajar dari Mitra SGP Fase 7: Budidaya Rumput Laut yang Berkelanjutan