Sangia: Difference between revisions

From Akal Lokal
(Created page with "== Sistem Kepercayaan Masyarakat Wakatobi == Masyarakat Wakatobi kuno memiliki kesadaran spiritual dengan mempercayai akan adanya suatu kekuatan di luar diri manusia (kekuatan gaib) yang sering mempengaruhi kehidupan mereka. Mereka percaya, tempat-tempat seperti laut, gunung, tanjung, kolam, pohon-pohon besar, dan tempat-tempat yang mengherankan atau menakjubkan memiliki penghuni yang disebut '''''sangia'''''. Kata ''sangia'' ini berasal dari kata '''''Sang Hyang''''' y...")
 
No edit summary
 
Line 1: Line 1:
== Sistem Kepercayaan Masyarakat Wakatobi ==
== Sistem Kepercayaan Masyarakat Wakatobi ==
Masyarakat Wakatobi kuno memiliki kesadaran spiritual dengan mempercayai akan adanya suatu kekuatan di luar diri manusia (kekuatan gaib) yang sering mempengaruhi kehidupan mereka. Mereka percaya, tempat-tempat seperti laut, gunung, tanjung, kolam, pohon-pohon besar, dan tempat-tempat yang mengherankan atau menakjubkan memiliki penghuni yang disebut '''''sangia'''''.
Masyarakat [[Wakatobi]] kuno memiliki kesadaran spiritual dengan mempercayai akan adanya suatu kekuatan di luar diri manusia (kekuatan gaib) yang sering mempengaruhi kehidupan mereka. Mereka percaya, tempat-tempat seperti laut, gunung, tanjung, kolam, pohon-pohon besar, dan tempat-tempat yang mengherankan atau menakjubkan memiliki penghuni yang disebut '''''sangia'''''.


Kata ''sangia'' ini berasal dari kata '''''Sang Hyang''''' yang merupakan produk kepercayaan Hindu Kuno<ref>Asliah Zainal, Menjaga Adat, Menguatkan Agama: Katoba dan Identitas Muslim Muna (Depublish, Yogyakarta, 2018), halaman 163</ref>. Kata '''“''Hyang''”''' sendiri dikenal dalam bahasa Melayu, Kawi, Jawa, Sunda, dan Bali yang berarti keberadaan spiritual tak kasat mata yang memiliki kekuatan supranatural. Keberadaan spiritual ini dapat bersifat ilahiah. Di kemudian hari, istilah ''sangia'' ini tidak hanya merujuk pada sosok mahluk tapi juga berarti lebih luas, yakni terkait tempat dan kekuatan gaib.
Kata ''sangia'' ini berasal dari kata '''''Sang Hyang''''' yang merupakan produk kepercayaan Hindu Kuno<ref>Asliah Zainal, Menjaga Adat, Menguatkan Agama: Katoba dan Identitas Muslim Muna (Depublish, Yogyakarta, 2018), halaman 163</ref>. Kata '''“''Hyang''”''' sendiri dikenal dalam bahasa Melayu, Kawi, Jawa, Sunda, dan Bali yang berarti keberadaan spiritual tak kasat mata yang memiliki kekuatan supranatural. Keberadaan spiritual ini dapat bersifat ilahiah. Di kemudian hari, istilah ''sangia'' ini tidak hanya merujuk pada sosok mahluk tapi juga berarti lebih luas, yakni terkait tempat dan kekuatan gaib.
==== Sumanga ====
Selain ''sangia'', masyarakat Wakatobi juga percaya pada keberadaan roh-roh nenek moyang, sama seperti ''sangia'', ada yang baik ada yang jahat menurut tabiatnya semasa hidup. Mereka percaya, setelah meninggal roh leluhur dan kerabat tetap bersama mereka yang masih hidup. Dan, roh-roh itu juga bisa sakit, sama seperti manusia, biasa disebut '''''sumanga'''''. Misalnya ketika ada anak yang menangis terus menerus, maka orang tua akan mengatakan anak tersebut kemasukan roh anak-anak yang dulu semasa hidupnya menderita karena sering dimarahi orangtuanya.
''Sangia-sangia'' dan roh-roh nenek moyang ini menguasai daerah-daerah seperti tersebut di atas. Mereka mampu menjinakkan kekuatan alam yang terjadi di tempat-tempat itu. Jika terjadi badai, angin topan, gelombang dan berbagai kekuatan alam lainnya, manusia akan meminta pertolongan pada ''sangia'' dan roh nenek moyang untuk menjinakkannya agar tidak membawa kerugian.


== Sumber: ==
== Sumber: ==

Latest revision as of 10:59, 16 January 2025

Sistem Kepercayaan Masyarakat Wakatobi

Masyarakat Wakatobi kuno memiliki kesadaran spiritual dengan mempercayai akan adanya suatu kekuatan di luar diri manusia (kekuatan gaib) yang sering mempengaruhi kehidupan mereka. Mereka percaya, tempat-tempat seperti laut, gunung, tanjung, kolam, pohon-pohon besar, dan tempat-tempat yang mengherankan atau menakjubkan memiliki penghuni yang disebut sangia.

Kata sangia ini berasal dari kata Sang Hyang yang merupakan produk kepercayaan Hindu Kuno[1]. Kata Hyang sendiri dikenal dalam bahasa Melayu, Kawi, Jawa, Sunda, dan Bali yang berarti keberadaan spiritual tak kasat mata yang memiliki kekuatan supranatural. Keberadaan spiritual ini dapat bersifat ilahiah. Di kemudian hari, istilah sangia ini tidak hanya merujuk pada sosok mahluk tapi juga berarti lebih luas, yakni terkait tempat dan kekuatan gaib.

Sumber:

Lopulalan, Dicky dan Palupi Nirmala. 2021. Sangia, Hui, Sang Hyang Dollar, dan Para Pembaca Bintang. Jakarta:Terasmitra dan Kapasungu

  1. Asliah Zainal, Menjaga Adat, Menguatkan Agama: Katoba dan Identitas Muslim Muna (Depublish, Yogyakarta, 2018), halaman 163