Tikeh: Difference between revisions

From Akal Lokal
(Created page with "thumb|Tikeh (foto: buku jejak cendekia hlm: 160) '''''Tikeh''''' (bahasa bali) adalah tikar yang terbuat dari daun pandan pantai, yang pinggirannya berduri. Di setiap momen kehidupan dan keseharian masyarakat di Nusa Penida khususnya, dan Bali pada umumnya, tikeh pasti selalu hadir. Sebagai alas duduk, atau alas kasur, dan lainnya. Sebuah ''tikeh'' yang dipakai untuk pemakaian sehari-hari tersebut bisa bertahan sampai setahun lamanya. ''Tikeh'' juga...")
 
No edit summary
 
Line 1: Line 1:
[[File:Tikeh.png|thumb|Tikeh (foto: buku jejak cendekia hlm: 160)]]
[[File:Tikeh.png|thumb|''Tikeh'' (Foto: Buku Jejak Cendekia, hal. 160)]]
'''''Tikeh''''' (bahasa bali) adalah tikar yang terbuat dari daun pandan pantai, yang pinggirannya berduri. Di setiap momen kehidupan dan keseharian masyarakat di Nusa Penida khususnya, dan Bali pada umumnya, tikeh pasti selalu hadir. Sebagai alas duduk, atau alas kasur, dan lainnya. Sebuah ''tikeh'' yang dipakai untuk pemakaian sehari-hari tersebut bisa bertahan sampai setahun lamanya.  
'''''Tikeh''''' (bahasa Bali) adalah tikar yang terbuat dari daun pandan pantai, yang pinggirannya berduri. Di setiap momen kehidupan dan keseharian masyarakat di Nusa Penida khususnya, dan Bali pada umumnya, ''tikeh'' pasti selalu hadir. Sebagai alas duduk, atau alas kasur, dan lainnya. Sebuah ''tikeh'' yang dipakai untuk pemakaian sehari-hari tersebut bisa bertahan sampai setahun lamanya.<ref name=":0">Damayanti, Ery dan Masjhur Nina. 2022. Jejak Cendekia Nusantara. Jakarta:Terasmitra bekerjasama dengan GEF-SGP Indonesia dan LiterasiVisual15</ref>


''Tikeh'' juga selalu ada dalam setiap upacara adat. Dipakai sebagai alas sesajen. Khusus tikeh untuk alas sesajen ini, tidak boleh diduduki. Dan, harus selalu berada dalam keadaaan bersih. Biasanya, ''tikeh'' yang khusus digunakan pada upacara adat bisa lebih awet. Karena, selalu dijaga agar tidak digunakan untuk keperluan lain.
== ''Tikeh'' dalam upacara adat Bali ==
''Tikeh'' juga selalu ada dalam setiap upacara adat. Dipakai sebagai alas sesajen. Khusus tikeh untuk alas sesajen ini, tidak boleh diduduki. Dan, harus selalu berada dalam keadaaan bersih. Biasanya, ''tikeh'' yang khusus digunakan pada upacara adat bisa lebih awet. Karena, selalu dijaga agar tidak digunakan untuk keperluan lain.<ref name=":0" />


== Sumber ==
== Sumber: ==
<ref>Damayanti, Ery dan Masjhur Nina. 2022. Jejak Cendekia Nusantara. Jakarta:Terasmitra bekerjasama dengan GEF-SGP Indonesia dan LiterasiVisual15</ref>
Damayanti, Ery dan Masjhur Nina. 2022. [https://drive.google.com/file/d/1NrN0aHX2NqsOpID19UgV0gX_DfI9GEl8/view?usp=drive_link Jejak Cendekia Nusantara]. Jakarta:Terasmitra bekerjasama dengan GEF-SGP Indonesia dan LiterasiVisual15
[[Category:Budaya]]
[[Category:Budaya]]
<references />
[[Category:Kearifan Lokal]]
[[Category:Nusa Penida]]

Latest revision as of 10:07, 7 January 2025

Tikeh (Foto: Buku Jejak Cendekia, hal. 160)

Tikeh (bahasa Bali) adalah tikar yang terbuat dari daun pandan pantai, yang pinggirannya berduri. Di setiap momen kehidupan dan keseharian masyarakat di Nusa Penida khususnya, dan Bali pada umumnya, tikeh pasti selalu hadir. Sebagai alas duduk, atau alas kasur, dan lainnya. Sebuah tikeh yang dipakai untuk pemakaian sehari-hari tersebut bisa bertahan sampai setahun lamanya.[1]

Tikeh dalam upacara adat Bali

Tikeh juga selalu ada dalam setiap upacara adat. Dipakai sebagai alas sesajen. Khusus tikeh untuk alas sesajen ini, tidak boleh diduduki. Dan, harus selalu berada dalam keadaaan bersih. Biasanya, tikeh yang khusus digunakan pada upacara adat bisa lebih awet. Karena, selalu dijaga agar tidak digunakan untuk keperluan lain.[1]

Sumber:

Damayanti, Ery dan Masjhur Nina. 2022. Jejak Cendekia Nusantara. Jakarta:Terasmitra bekerjasama dengan GEF-SGP Indonesia dan LiterasiVisual15

  1. 1.0 1.1 Damayanti, Ery dan Masjhur Nina. 2022. Jejak Cendekia Nusantara. Jakarta:Terasmitra bekerjasama dengan GEF-SGP Indonesia dan LiterasiVisual15