Blipa: Difference between revisions
Lia de Ornay (talk | contribs) No edit summary |
Lia de Ornay (talk | contribs) No edit summary |
||
| Line 27: | Line 27: | ||
== Sumber: == | == Sumber: == | ||
Lopulalan, Dicky dan Palupi Nirmala. 2021. [https://drive.google.com/file/d/1Axa5TnZ0-CsCc1x7CB1j26fTQva7V20y/view?usp=drive_link Sangia, Hui, Sang Hyang Dollar, dan Para Pembaca Bintang]. Jakarta: Terasmitra dan Kapasungu dan didukung oleh GEF SGP Indonesia (hal.92-95) | Lopulalan, Dicky dan Palupi Nirmala. 2021. [https://drive.google.com/file/d/1Axa5TnZ0-CsCc1x7CB1j26fTQva7V20y/view?usp=drive_link Sangia, Hui, Sang Hyang Dollar, dan Para Pembaca Bintang]. Jakarta: Terasmitra dan Kapasungu dan didukung oleh GEF SGP Indonesia (hal.92-95) | ||
<references /> | |||
[[Category:Pulau Semau]] | |||
[[Category:Kepercayaan Masyarakat Adat]] | |||
Latest revision as of 05:38, 31 December 2024
Dalam tradisi penyembuhan orang Pulau Semau, dikenal juga Blipa atau dukun. Blipa dipandang sebagai manusia yang memiliki kekuatan gaib yang bisa menggunakan kesaktiannya beserta obatan-obatan dan ramuan tradisional berbahan dasar tanaman (akar, batang, kulit, daun, bunga, dan buah) serta binatang yang ada di dalam pulau untuk menyembuhkan orang sakit, orang terkena guna-guna, orang yang terganggu makhluk halus dan lain sebagainya.
Jenis Blipa dan Keahliannya
Berdasarkan keahlian yang dimiliki, ada beberapa macam blipa, yaitu:
- Blipa in heda: Dukun ini bisa menyembuhkan segala macam penyakit yang disebabkan adanya kelainan dari dalam tubuh (kencing manis, kanker, ginjal, atau tumor). Blipa ini juga dipercaya mampu mengobati luka akibat benda tajam, tertembak atau luka karena terjatuh, suhu badan tinggi, terbakar, kulit tersiram air panas serta guna-guna. Teknik mendiagnosanya dengan menanyakan nama pasien, memeriksa urat nadinya, serta memeriksa bagian yang sakit serta suhu badan si pasien. Setelah itu, blipa akan meramal serta melakukan pengobatan terhadap penyakit pasiennya. Teknik pengobatannya dilakukan dengan meminumkan ramu-ramuan tradisional dari tanaman-tanaman tertentu yang ada di hutan, menyembur atau menempelkan ramuan pada bagian yang sakit. Untuk penyakit yang disebabkan ilmu sihir atau guna-guna digunakan pohon kumus, boa es momodo, blua muti, delima, uta po kluit. Untuk sakit ginjal digunakan pohon besa ana kunis dan kuluhan. Untuk tumor digunakan kai abdapa, babat muti. Sedangkan untuk kanker digunakan tope dan sapi kluit.
- Blipa in tehen: Dukun ini memiliki kemampuan mengobati dan menyembuhkan penderita patah tulang, baik patah tulang karena terjatuh ataupun tertabrak benda keras. Teknik diagnosanya dengan meraba tubuh pasien di bagian yang mengalami patah tulang. Selanjutnya pasien akan diberi ramuan tradisional berbahan tumbuh-tumbuhan lokal di dalam hutan untuk diminum atau dibalurkan di bagian tulang yang patah. Beberapa tanaman yang digunakan untuk pengobatan ini, di antaranya nila, mhaba mitang, dan klae.
- Blipa in lumikidan: Dukun yang bisa menyembuhkan orang dengan cara diurut atau dipijit. Penyakit yang biasa disembuhkan ialah nyeri sendi, encok, pegal linu, atau keseleo. Bahan yang digunakan untuk mengurut atau memijit pasien berupa minyak kelapa yang dicampur dengan ramuan tradisional berbahan akar dan daun dari tumbuh-tumbuhan di hutan, seperti pohon hang batu, kais bikloben, hahaet bikloben, dan nghais bikloben.
- Blipa imblingin: Dukun ini memiliki kemampuan dalam menjaga dan merawat perempuan hamil, membantu persalinan hingga merawat bayi yang sudah lahir. Semua imblingin adalah perempuan. Ketika seseorang diduga hamil di bulan pertama, seorang imblingin akan memeriksa perut si pasien pada pagi hari. Selanjutnya, si pasien akan diberi ramuan dari tanaman-tanaman hutan supaya janinnya sehat hingga masa melahirkan. Beberapa tanaman yang digunakan untuk bahan ramuan ini, diantaranya pohon malus alas, mhaba mitang, mhili huin, kai bung mea, halat, kai bua, kai ab dapa, utapa kakai mea, hai lelat, dan tatasi.
- Blipa in laso: Dukun ini memiliki kemampuan untuk membuat guna-guna dan racun supaya orang sakit atau meninggal. Racun atau guna-guna yang dibuat biasanya ditabur di makanan, minuman atau rokok yang disuguhkan ke korban. Selain itu, ia juga bisa melacak keberadaan pencuri. Bahan-bahan pembuat racun diperoleh dari hutan dan laut, seperti baut boe, mol ahun, atau akar bahan mea.
Keberadaan beberapa blipa di tengah-tengah masyarakat masih ada hingga kini. Kecuali imblingin yang jumlahnya tidak banyak dan peran serta fungsinya sudah digantikan oleh tenaga medis yang disediakan pemerintah. Kesaktian para blipa ini dikenal di Pulau Timor, Bali, hingga Jawa[1].
Regenerasi Blipa
Sistem regenerasi blipa dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya melalui tradisi makan sirih pinang. Seorang blipa akan menurunkan keahliannya secara turun temurun kepada anaknya melalui tradisi makan sirih pinang dengan cara memberi sisa sirih pinang yang telah dikunyah kepada salah satu anaknya yang dianggap mampu. Pada saat itulah kekuatan supranutaral seorang blipa ditransfer. Secara otomatis anak yang diberi sirih pinang akan memiliki kemampuan sama seperti orangtuanya. Cara ini lazim disebut dengan Mamaloa.
Regenerasi blipa berikutnya ditempuh melalui belajar dengan alam, mengingat alam Semau yang magis, memiliki tempat-tempat keramat terutama gua-gua alam serta kaya akan flora fauna yang berkhasiat obat. Beberapa blipa memperoleh kekuatan supranaturalnya dengan bertapa di gua-gua alam hingga memiliki kekuatan layaknya blipa serta memperoleh pengetahuan dari alam melalui kekayaan hayati yang terhampar di Semau. Model regenerasi seperti ini cukup banyak dilakukan karena sebagian besar teknik pengobatan yang dilakukan oleh blipa menggunakan obat-obatan tradisional yang bersumber dari alam sekitar (akar, kulit, batang, daun, bunga, dan buah dalam satu pohon).
Selanjutnya, regenerasi blipa bisa ditempuh melalui belajar langsung atau berguru kepada blipa sesuai keahlian yang diinginkan. Regenerasi model ini, jarang terjadi karena masyarakat masih menjunjung tinggi adat masing-masing klan. Selain itu, regenerasi model ini memakan waktu yang cukup lama.
Pengobatan bersama Blipa
Selama masa mengobati, seorang blipa menerapkan pantangan bagi pasiennya. Hal ini terjadi karena selain menggunakan ramuan tradisional, blipa juga menggunakan kekuatan supranatural untuk mempercepat kesembuhan pasien. Pantangan-pantangan tersebut, diantaranya pada saat masih sakit dan dalam masa penyembuhan pasien tidak boleh menyeberang laut, sungai, melayat orang mati, tidak boleh mengonsumsi ikan laut, makanan yang pedas, atau mengonsumsi garam berlebih.
Para blipa juga tidak meminta imbalan tetapi ia juga tidak boleh menolak apapun yang diberikan oleh pasiennya sebagai pemberian ikhlas. Meminta imbalan karena jasanya adalah pamali dan apabila dilanggar, seorang blipa akan kehilangan kekuatan supranaturalnya.
Sumber:
Lopulalan, Dicky dan Palupi Nirmala. 2021. Sangia, Hui, Sang Hyang Dollar, dan Para Pembaca Bintang. Jakarta: Terasmitra dan Kapasungu dan didukung oleh GEF SGP Indonesia (hal.92-95)
- ↑ Satyananda dkk dalam buku Kearifan Lokal Suku Helong
