Merti Bumi: Difference between revisions
(Created page with "thumb|Ibu-Ibu membawa Tenong, dokumentasi mitra Ritual Merti Bumi dilakukan serentak satu desa pada pertengah tahun antara Juni-Juli sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang telah didapat. Upacara ini dilakukan dengan membawa '''''Tenong''''' (perkakas tradisional jawa yang terbuat dari anyaman bambu dan berbentuk bulat mempunyai tutup) dengan empat warna yang sering disebut dengan '''''Sanepo Patangrupo''....") |
Lia de Ornay (talk | contribs) No edit summary |
||
| Line 1: | Line 1: | ||
[[File:Ibu-Ibu membawa Tenong, dokumentasi mitra.jpg|thumb|Ibu-Ibu membawa Tenong | [[File:Ibu-Ibu membawa Tenong, dokumentasi mitra.jpg|thumb|Ibu-Ibu membawa Tenong (Foto: Mitra TM)]] | ||
Ritual Merti Bumi dilakukan serentak satu desa pada pertengah tahun antara Juni-Juli sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang telah didapat | '''Ritual Merti Bumi''' dilakukan serentak satu desa pada pertengah tahun antara Juni-Juli sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang telah didapat. | ||
Upacara ini dilakukan dengan membawa '''''Tenong''''' (perkakas tradisional jawa yang terbuat dari anyaman bambu dan berbentuk bulat mempunyai tutup) dengan empat warna yang sering disebut dengan '''''Sanepo Patangrupo''.''' | |||
Empat warna yang ada di ''Tenong'' menggambarkan sifat manusia, yakni: | |||
* ''mutmainah'' (kesenangan dunia), | |||
* ''amarah'' (amarah), | |||
* ''sufiah'' (kembali suci), | |||
* ''alwamah'' (kesenangan akhirat). | |||
Sifat sifat tersebut sesuai dengan syahadat suci yang terdapat didalam agama islam. | |||
Didalam ''Tenong'' umumnya berisi 7 macam hasil bumi serta olahannya. Selain itu, terdapat ''bucu'' (tumpeng) kecil yang dilengkapi dengan berbagai olahan hasil pertanian yang nantinya akan dipotong sebagai simbol merti bumi. Sedangkan, ''bucu'' yang besar sering disebut dengan gunungan yang berisi hasil pertanian mentah. | |||
Dalam rangkaian acara juga terdapat tari-tarian yang menggambarkan mengenai kerusakan lingkungan, hal ini dibuat dengan tujuan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan. Acara dimulai dengan arak-arakan dan membawa ''Tenong'' menuju ke lapangan di Area Perma Kultur. | |||
== Sumber: == | |||
TM untuk Knowledge Management GEF SGP Fase 7 / Sumartini | TM untuk Knowledge Management GEF SGP Fase 7 / Sumartini | ||
[[Category:Kearifan Lokal]] | |||
[[Category:DAS Bodri]] | |||
Revision as of 03:02, 4 January 2025
Ritual Merti Bumi dilakukan serentak satu desa pada pertengah tahun antara Juni-Juli sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang telah didapat.
Upacara ini dilakukan dengan membawa Tenong (perkakas tradisional jawa yang terbuat dari anyaman bambu dan berbentuk bulat mempunyai tutup) dengan empat warna yang sering disebut dengan Sanepo Patangrupo.
Empat warna yang ada di Tenong menggambarkan sifat manusia, yakni:
- mutmainah (kesenangan dunia),
- amarah (amarah),
- sufiah (kembali suci),
- alwamah (kesenangan akhirat).
Sifat sifat tersebut sesuai dengan syahadat suci yang terdapat didalam agama islam.
Didalam Tenong umumnya berisi 7 macam hasil bumi serta olahannya. Selain itu, terdapat bucu (tumpeng) kecil yang dilengkapi dengan berbagai olahan hasil pertanian yang nantinya akan dipotong sebagai simbol merti bumi. Sedangkan, bucu yang besar sering disebut dengan gunungan yang berisi hasil pertanian mentah.
Dalam rangkaian acara juga terdapat tari-tarian yang menggambarkan mengenai kerusakan lingkungan, hal ini dibuat dengan tujuan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan. Acara dimulai dengan arak-arakan dan membawa Tenong menuju ke lapangan di Area Perma Kultur.
Sumber:
TM untuk Knowledge Management GEF SGP Fase 7 / Sumartini
