Lesung: Difference between revisions
(Created page with "''Lesung'' dibuat dari kayu gelondongan dengan panjang sekitar dua meter dan lubangnya mengikuti panjang kayu. Bentuknya seperti kentongan yang ditidurkan. Sekali menumbuk gabah, bisa sepuluh orang yang ''nutu'' (menumbuk padi). Posisinya berada di sebelah kanan dan kiri ''palungan''. Kegiatan menumbuk padi di ''palungan'' ini biasanya dilakukan bergantian antar keluarga. Pemilik padi mengundang tetangga untuk ikut ''menutu'' padi. Jika sudah selesai, bisa berpindah ke t...") |
Lia de Ornay (talk | contribs) No edit summary |
||
| Line 1: | Line 1: | ||
''Lesung'' dibuat dari kayu gelondongan dengan panjang sekitar dua meter dan lubangnya mengikuti panjang kayu. Bentuknya seperti kentongan yang ditidurkan. Sekali menumbuk gabah, bisa sepuluh orang yang ''nutu'' (menumbuk padi). Posisinya berada di sebelah kanan dan kiri ''palungan'' | '''''Lesung''''' dibuat dari kayu gelondongan dengan panjang sekitar dua meter dan lubangnya mengikuti panjang kayu. Bentuknya seperti kentongan yang ditidurkan. Sekali menumbuk gabah, bisa sepuluh orang yang ''nutu'' (menumbuk padi). Posisinya berada di sebelah kanan dan kiri ''palungan''. | ||
<ref>Lopulalan, Dicky dan Palupi Nirmala. 2021. Sangia, Hui, Sang Hyang Dollar, dan Para Pembaca Bintang. Jakarta: Terasmitra dan Kapasungu dan didukung oleh GEF SGP Indonesia</ref> | Kegiatan menumbuk padi di ''palungan'' ini biasanya dilakukan bergantian antar keluarga. Pemilik padi mengundang tetangga untuk ikut ''menutu'' padi. Jika sudah selesai, bisa berpindah ke tetangga lain yang juga memiliki padi. Sedangkan yang tidak memiliki padi mendapat upah berupa beras. Saat ini, ''nutu'' di ''palungan'' masih dilakukan tetapi hanya untuk upacara ''pengabenan'' dan dianggap seperti membunyikan kentongan<ref>Lopulalan, Dicky dan Palupi Nirmala. 2021. Sangia, Hui, Sang Hyang Dollar, dan Para Pembaca Bintang. Jakarta: Terasmitra dan Kapasungu dan didukung oleh GEF SGP Indonesia (hal. 172)</ref>. | ||
== Sumber: == | |||
Lopulalan, Dicky dan Palupi Nirmala. 2021. [https://drive.google.com/file/d/1Axa5TnZ0-CsCc1x7CB1j26fTQva7V20y/view?usp=drive_link Sangia, Hui, Sang Hyang Dollar, dan Para Pembaca Bintang]. Jakarta: Terasmitra dan Kapasungu dan didukung oleh GEF SGP Indonesia <references /> | |||
[[Category:Pertanian]] | |||
[[Category:Nusa Penida]] | |||
Latest revision as of 09:04, 4 January 2025
Lesung dibuat dari kayu gelondongan dengan panjang sekitar dua meter dan lubangnya mengikuti panjang kayu. Bentuknya seperti kentongan yang ditidurkan. Sekali menumbuk gabah, bisa sepuluh orang yang nutu (menumbuk padi). Posisinya berada di sebelah kanan dan kiri palungan.
Kegiatan menumbuk padi di palungan ini biasanya dilakukan bergantian antar keluarga. Pemilik padi mengundang tetangga untuk ikut menutu padi. Jika sudah selesai, bisa berpindah ke tetangga lain yang juga memiliki padi. Sedangkan yang tidak memiliki padi mendapat upah berupa beras. Saat ini, nutu di palungan masih dilakukan tetapi hanya untuk upacara pengabenan dan dianggap seperti membunyikan kentongan[1].
Sumber:
Lopulalan, Dicky dan Palupi Nirmala. 2021. Sangia, Hui, Sang Hyang Dollar, dan Para Pembaca Bintang. Jakarta: Terasmitra dan Kapasungu dan didukung oleh GEF SGP Indonesia
- ↑ Lopulalan, Dicky dan Palupi Nirmala. 2021. Sangia, Hui, Sang Hyang Dollar, dan Para Pembaca Bintang. Jakarta: Terasmitra dan Kapasungu dan didukung oleh GEF SGP Indonesia (hal. 172)
