Imbu

From Akal Lokal
Revision as of 08:22, 13 December 2024 by Kue Bolu (talk | contribs)

Imbu atau saudara kembar di laut. Konsep imbu ini menegaskan keterikatan manusia Wakatobi dengan “dunia laut” sejak dilahirkan. Mereka percaya, memiliki kembaran mahluk gaib. Biasa terdengar, seorang ibu mengatakan pada anaknya, “kamu ini punya saudara kembar di laut”. Mahluk tersebut lahir bersama sang anak, namun kemudian dilarung dan hidup di lautan. Sosok kembaran ini tidak terlampau jelas. Ada yang menyebut seperti sosok manusia pada umumnya sehingga disebut saudara kembar. Namun, ada juga yang mengatakan sosok ini berupa roh tanpa rupa dan bentuk. Walaupun, sering pula sering digambarkan sebagai seekor gurita.

Imbu memiliki nama. Kadang-kadang nama itu diberikan oleh ibunya, tapi tak jarang pula nama itu disampaikan oleh si sosok pada ibunya melalui medium mimpi. Selain menjelaskan nama, melalui serangkaian mimpi imbu menjelaskan identitas, kondisi kesehatan, atau emosi yang sedang berkecamuk dalam dirinya. Komunikasi sang ibu dan imbu melalui mimpi itu disampaikan pada anak manusia dilengkapi nasihat untuk selalu mengingat dan memperhatikan saudara kembarnya itu.

Menurut penggiat Forkani dan pendamping masyarakat yang rajin mendokumentasikan pengetahuan-pengetahuan lokal Wakatobi, Mursiati, tidak sedikit anak-anak di Wakatobi memiliki dua nama. Satu nama resmi yang digunakan untuk kebutuhan formal, seperti di sekolah atau dokumen- dokumen administrasi kependudukan, sementara satu lagi nama panggilan yang menggunakan nama saudara kembarnya tersebut. “Misalnya saja kakakku, namanya Agus Rianto, sedangkan nama kembaran laki-lakinya di laut adalah Umar. Dia kemudian dipanggil Umar agar hal-hal buruk tidak terjadi,” kata Mursiati.

Wujud Imbu berupa gurita bertantakel sembilan

Salah satu wujud imbu yang dikenal oleh masyarakat Derawa adalah gurita bertentakel sembilan. Ini berbeda dengan gurita biasa yang pada umumnya memiliki delapan tentakel. Jika seorang nelayan menemukan gurita dengan sembilan tentakel itu, maka ia tidak boleh mengambil, apalagi memakannya. Ia harus melepaskan kembali gurita tersebut ke laut. Jika tidak dilakukan, bisa menyebabkan kematian atau tertimpa hal-hal buruk, seperti sakit atau kecelakaan.

Ada ritual khusus yang harus dilakukan untuk menjaga agar imbu tetap sehat, senang, dan tidak mengganggu saudara kembar atau orang-orang di sekitarnya. Ritual biasa diselenggarakan ketika imbu mengungkapkan keluh kesah dalam mimpi atau ada orang yang sakit di rumah dan tak sembuh- sembuh meski sudah diobati atau diurut. Juga, jika ada barang yang hilang tanpa ketahuan siapa yang mengambilnya. Ritual itu disebut ano’a inu imbu. Ritual itu semacam penghiburan pada imbu agar berhenti merajuk dan menyebabkan sakit atau kesulitan pada saudara kembar atau keluarganya. Atau, segera menunjukkan barang-barang yang hilang. Dalam ritual ano’a inu imbu ini, keluarga mengucapkan dalam hati kalimat-kalimat mantra yang disebut batata. “Kalimatnya seperti permohonan, misal ‘tunjukkan pada kita di mana barang yang hilang itu atau sembuhkan yang sakit, kan kamu sudah kami kasih makan’,” kata Mursiati.

Sumber: Buku Sangia halaman 36-38