Kokoyonga
Pada saat pemeliharaan tanaman jagung dan padi, petani di Gorontalo masuk ke hutan untuk mengumpulkan pelbagai jenis hutan dan berburu binatang untuk lauk pauk. Bali Pano dan masyarakat di Liyodu misalnya, mengumpulkan beberapa jenis rotan (topalo, tohiti, dan wabanga) yang bisa digunakan untuk tali pengikat, dibelah, atau dalam bentuk batangan. Selain itu, dari hutan mereka juga mengumpulkan bulahu (sejenis tumbuhan tali yang hidup menjalar yang digunakan untuk bahan baku anyaman membuat bubu, alat penangkap ikan), daun woka (sejenis palm untuk pembungkus ikan dan pengganti tas), dan bohito (mirip daun woka tapi kecil-kecil, biasa digunakan untuk membungkus gula merah). Hasil hutan itu sebagian digunakan untuk kebutuhan, sebagian lagi dijual ke pasar. Khusus untuk rotan, ada pedagang yang datang ke desa dengan menggunakan kokoyonga.
Kokonyonga, api yang menarik dua batang kayu tanpa roda sebagai tempat untuk membawa rotan. Biasanya digunakan oleh pedagang yang datang untuk membeli rotan. Namun, di zaman Presiden Soeharto kendaraan pengangkut rotan diganti dengan mobil yang menarik bak pemuat.
Sumber: Buku Sangia, halaman 206
