Tahapan menenun
Berikut ini adalah tahapan-tahapan menenun yang dilakukan oleh perempuan Mollo, Amanuban dan Amanatun:
a. Memintal Benang
Menenun awalnya menggunakan kapas. Orang Mollo mengenal tanaman kapas di hutan, bukan sebagai bahan pembuat benang. Sebutan kapas atau a bas bermula dari ulat berwarna hitam yang disebut bankofak, yang hidup pada pohon Kanunak (Lindera sp). Ulat tersebut membuat sarang putih seperti kapas yang disebut ab neno. Kapas mirip ab neno, maka ia diberi sebutan a bas, yang artinya merangkul. Belakangan mereka mencoba menanam biji kapas dan ternyata tumbuh dengan baik. Sejak itu mereka membudidayakan kapas sebagai bahan membuat benang.
Ada dua jenis kapas untuk bahan tenun, yang bunganya berserat panjang banyak ditemukan di kawasan Mollo, sementara yang berserat pendek banyak ditemukan kawasan pesisir Amanuban. Kapas yang dipanen dari pohon kapas mengalami berbagai tahapan perlakuan sebelummenjadi benang. Perlakuan itu meliputi: 1) memisahkan kapas dari biji, 2) merenggang dan melembutkan kapas, 3) mengulung kapas, 4) memintal benang, dan 5) menggulung benang.
- Memisahkan Kapas Dari Biji Kapas yang baru dipetik biasanya diletakkan di atas nyiru, lantas dijemur hingga dirasa cukup kering untuk memudahkan pemisahan serat dari bijinya (abtutas). Ada biji kapas yang mudah dipisahkan dari seratnya, tapi ada juga yang sullit. Kapas dapat dipisahkan dari biji menggunakan tangan atau abninis/bninis, alat dari kayu. Bentuk abninis mirip mol atau gilingan mie. Serat kapas yang masih mengandung biji dipipihkan dan dimasukan pelan- pelan ke dalam gilingan abninis. Serat kapas yang keluar dari penggilingan otomatis akan terpisah dari bijinya yang berjatuhan di kaki abninis. Abninis terbuat dari kayu kasuari. Cara kerjanya sederhana. Serat kapas dimasukkan dari bagian belakang gilingan menggunakan tangan kiri, sementara tangan kanan menggerakkan pemutar gilingan. Dua roda dari kayu akan memisahkan serat dari biji kapas
- Melembutkan kapas Setelah dibersihkan dari biji, serat kapas kemudian dilembutkan sehingga tidak lagi berbentuk gumpalan serat kapas. Serat kapas menjadi lebih lembut, merenggang, dan mudah dibentuk. Alat yang digunakan sifo yang berbentuk mirip busur. Bagian yang melengkung berasal dari bambu, sedangkan tali busur berasal dari tali pelepah pohon gewang (Corypha utan). Cara menggunakan sifo, menempelkan bagian tali busur ke permukaan kapas dan menggetarkan tali busur tersebut berulang-ulang agar kapas menempel dan terpisah seratnya. Cara ini akan menghasilkan kapas yang bebas dari kotoran dan gumpalan sehingga solid saat dipintal dan menghasilkan benang dengan ketebalan seragam.
- Menggulung Kapas atau Nunu Kapas yang sudah dihaluskan lantas dipipihkan, dibuat gulungan seperti kepompong. Kegiatan menggulung ini disebut nunu. Hasilnya berupa gulungan kapas yang disebut nasun. Gulungan inilah bahan dasar untuk memintal benang.
- Memintal benang atau Tasun Memintal nasun menjadi benang menggunakan alat yang dinamakan ike suti. Alat ini terdiri dari dua bagian, lembing pendek dan tempurung tempat putaran. Ike terbuat dari kayu kasuari, bentuknya mirip lembing dengan panjang sekitar 25 cm, berujung runcing. Bagian kepala ike lebih kecil dibanding bagian badannya. Serat kapas ditempelkan pada kepala ike yang sudah dibasahi, lantas diputar menari seperti gasing. Tangan kanan memutar ike, tangan kiri memegang nasun. Serat yang lepas dari nasun membentuk benang yang menempel pada ike. Suti menjadi arena yang membatasi putaran ike. Suti dalam bahasa lokal bermakna tempat kosong, arena yang hanya bisa dipakai ike berputar. Ike biasanya dibuat dari tempurung kelapa, tapi ada juga yang menggunakan kulit kerang besar. Pada bagian dasar tempurung dialasi bubuk kayu atau abu dapur untuk melincinkan putaran ike. Ike suti sarat filosofi. Lembing kecil ini diibaratkan tubuh perempuan. Bagian bawah perut, bagian atas dada. Saat pintalan benang memenuhi tubuh ike, maka ia harus digeser ke bagian atas, di bagian dada. Jika ike sudah penuh, disebut satu ike, maka bagian badan akan membuncit, demikian juga bagian dada akan terlihat cembung. Ia bagaikan bifel ma'apu atau perempuan hamil. Saat kondisi ini, memintal harus dihentikan sebab putaran ike akan terganggu jika dipaksakan ditambah benang. Artinya sudah waktunya melepaskan benang, memindahkannya dengan menggulungnya di sebuah batu atau potongan kayu hingga membentuk bola.
