Merti Bumi
Ritual Merti Bumi dilakukan serentak satu desa pada pertengah tahun antara Juni-Juli sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang telah didapat. Upacara ini dilakukan dengan membawa Tenong (perkakas tradisional jawa yang terbuat dari anyaman bambu dan berbentuk bulat mempunyai tutup) dengan empat warna yang sering disebut dengan Sanepo Patangrupo. Empat warna yang ada di Tenong menggambarkan sifat manusia, yakni mutmainah (kesenangan dunia), amarah (amarah), sufiah (kembali suci), alwamah (kesenangan akhirat). Sifat sifat tersebut sesuai dengan syahadat suci yang terdapat didalam agama islam. Didalam Tenong umumnya berisi 7 macam hasil bumi serta olahannya. Selain itu, terdapat bucu (tumpeng) kecil yang dilengkapi dengan berbagai olahan hasil pertanian yang nantinya akan dipotong sebagai simbol merti bumi. Sedangkan, bucu (tumpeng) yang besar sering disebut dengan gunungan yang berisi hasil pertanian mentah. Dalam rangkaian acara juga terdapat tari-tarian yang menggambarkan mengenai kerusakan lingkungan, hal ini dibuat dengan tujuan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan. Acara dimulai dengan arak-arakan dan membawa Tenong menuju ke lapangan di Area Perma Kultur.
Sumber:
TM untuk Knowledge Management GEF SGP Fase 7 / Sumartini
