Panggoba

From Akal Lokal

Bagi masayarakat Gorontalo kata panggoba lo mongopanggoba, atau singkatnya panggoba, mempunyai lebih dari satu makna[1]. Panggoba dalam bahasa Gorontalo artinya orang yang menguasai ilmu perbintangan dan mampu membaca tanda-tanda alam. Sebagai sebuah kearifan lokal, panggoba merupakan teknik pembacaan kondisi alam untuk berbagai kepentingan. Apakah itu untuk aktivitas pertanian, nelayan melaut, ataupun ritual-ritual lainnya[1]. Termasuk untuk mengetahui kapan payango sebaiknya dilakukan, serta penentuan akan hari baik dan hari naas (lowanga). Dan, seterusnya. Sebagai ilmu, intinya panggoba adalah ilmu membaca struktur perbintangan.

Karena kelebihannya di bidang astronomi ini, orang tersebut diberi kepercayaan untuk mengatur dan menjadi tempat bertanya perihal bercocok tanam, khususnya yang berkaitan dengan penentuan masa tanam, dan bagaimana menjaga tanaman agar terhindar dari hama dan penyakit.

Penentuan Waktu Ideal Bercocok Tanam

Sesuai dengan kapasitasnya dalam menjalankan tugas, panggoba senantiasa menjadikan poliyama wopata (empat bintang) sebagai pedoman dimulainya aktivitas bercocok tanam. Empat nama bintang tersebut adalah Totokiya, Tadata, Otoluwa, dan Malu’o. Kemunculannya dapat dilihat pukul 06.00 dan 18.00 waktu setempat. Penampakan bintang ini memungkinkan petani memulai bercocok tanam, yang diawali dengan penyiapan lahan, menyemai benih untuk jenis tanaman musiman dan tahunan.

Mengutip dari laman media Sariadi.ID, Terry Repi, anggota Agraria Institut dan Dosen Pertanian Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMGo), yang pernah melakukan penelitian tentang panggoba di Desa Saritani, menjelaskan bahwa dalam menentukan waktu yang ideal untuk bercocok tanam, panggoba mengidentifikasi pembacaan empat rasi bintang. Dengan cara menghitung peredaran bintang selama satu tahun.[1]

Empat Rasi Bintang Pertanian (Otoluwa, Tadata, Totokiya, Maluo)

[2]Bintang Totokiya atau disebut juga dengan bintang raja dengan jumlah 3 kali penampakan. Bintang ini bisa dilihat pukul 16.00 posisi timbul atau terbit pada 16 Juli. Sementara pada posisi 450 akan tampak pada 23 Juli. Ketika berada tepat di atas kepala atau posisi 900 dapat dilihat pada 16 Oktober. Pada posisi 1350 akan tampak pada 23 Oktober. Lain halnya bila bintang Totokiya dilihat pada waktu pagi, atau pukul 06.00. Pada posisi timbul atau terbit dapat disaksikan pada 16 Januari. Posisi 450 pada 23 Januari, posisi 900 pada 16 April, dan posisi 1350 terlihat pada 23 April.

Penampakan keempat bintang tersebut berdasarkan peredaran dan sudut pandang yang dilakukan tidak dalam waktu bersamaan. Penampakan bintang Totokiya berdasarkan pembagian musim muncul pada saat awal dan akhir musim kemarau, musim hujan, dan peralihan. Dalam kaitannya dengan waktu tanam di musim kemarau dapat dilakukan dari 1 Juli sampai 6 Juli, dan dari 23 Juli sampai 30 Juli, sedangkan di musim hujan dan pancaroba kegiatan penanaman dilakukan dari 21 Januari sampai 31 Januari, dan dari 21 April sampai 30 April.[1]

Sumber:

Damayanti, Ery dan Masjhur Nina. 2022. Jejak Cendekia Nusantara. Jakarta:Terasmitra bekerjasama dengan GEF-SGP Indonesia dan LiterasiVisual15

Rumung, Brigita F.A Rumung, dkk. 2022. Fajar Timur Hingga Senja Kala Nusa: Antologi Pencarian Rasa Empat Wilayah. Jakarta: Terasmitra dan Wisanggeni91

  1. 1.0 1.1 1.2 1.3 Damayanti, Ery dan Masjhur Nina. 2022. Jejak Cendekia Nusantara. Jakarta:Terasmitra bekerjasama dengan GEF-SGP Indonesia dan LiterasiVisual15
  2. Rumung, Brigita F.A Rumung, dkk. 2022. Fajar Timur Hingga Senja Kala Nusa: Antologi Pencarian Rasa Empat Wilayah. Jakarta: Terasmitra dan Wisageni91