Tenun Sabu

From Akal Lokal
Tenun Sabu dengan rumbai di ujung kain. (Foto: Lia de Ornay / TM)

Menenun menjadi bagian dari kebiasaan orang-orang Sabu Raijua. Pekerjaan menjadi petani, nelayan, dan menyadap tuak (pohon lontar) mengikuti musim. Tetapi, tidak dengan menenun. Mama-mama penenun tetap menenun apa pun musimnya. Setelah pekerjaan harian selesai, mereka akan kembali melakukan aktivitas menenun.

Sebelum benang ditenun, biasanya benang diwarnai terlebih dahulu sesuai kebutuhan. Zaman dulu, sebelum pewarna sintetis masuk ke Pulau Sabu Raijua, masyarakat masih menggunakan pewarna alam. Pewarna alami diperoleh dari daun tanaman tarum, buah pohon nitas/kepaka (warna merah), akar mengkudu. Sekarang sudah banyak penenun yang menggunakan pewarna sintetis.

Proses mewarnai benang

Benang yang dijemur setelah direndam pewarna. (Foto: Lia de Ornay / TM)
Langa Tali; alat membuat pola pada benang. (Foto: Lia de Ornay / TM)

Benang yang sudah dipintal, kemudian diikat menggunakan tali rafia membentuk pola tertentu menggunakan alat khusus yang dalam bahasa Sabu disebut Langa Tali. Biasanya benang akan diikat menggunakan tali rafia agar saat dicelup ke pewarna, bagian yang diikat ini tidak terkena pewarna. Nantinya benang yang sudah diwarnai dan dijemur akan membentuk pola sesuai dengan pola dari ikatan-ikatan tali rafia. Alat ini umum ditemui di rumah-rumah orang Sabu Raijua.

Benang yang sudah diikat dengan pola tertentu akan dicelup dalam pewarna. Benang kemudian dijemur hingga kering. Setelah itu, proses dilanjutkan dengan menyatukan benang-benang/menenun menjadi sehelai kain.

Motif-motif Tenun Sabu

  1. Motif Taga Batu
  2. Motif Burung dan Bunga

Sumber:

TM untuk Knowledge Management GEF SGP fase 7 / Amelia Rina Nogo de Ornay