Molapo: Difference between revisions
(Created page with "thumb|Bahan-bahan yang diperlukan untuk melakukan Molapo, yaitu sereh wangi, sabut kelapa, sarang lebah kering, dan kemenyan. (Foto: Edy Susanto)<ref name=":0">Suwarno, Harijanto dan Aditya Widya Putri. 2021. [https://drive.google.com/file/d/1CzVPGqhrzO0YlNaiMClTcJdrhcxDG0F-/view?usp=sharing Siasah]. Jakarta: Terasmitra bekerjasama dengan GEF-SGP Indonesia dan Kaoem Telapak</ref> ''Molapo'' merupakan ritual pengasapan kebun...") |
Lia de Ornay (talk | contribs) No edit summary |
||
| (One intermediate revision by one other user not shown) | |||
| Line 1: | Line 1: | ||
[[File:Screen Shot 2025-01-07 at 16.03.47.png|thumb|Bahan-bahan yang diperlukan untuk melakukan Molapo, yaitu sereh wangi, sabut kelapa, sarang lebah kering, dan kemenyan. (Foto: Edy Susanto)<ref name=":0">Suwarno, Harijanto dan Aditya Widya Putri. 2021. [https://drive.google.com/file/d/1CzVPGqhrzO0YlNaiMClTcJdrhcxDG0F-/view?usp=sharing Siasah]. Jakarta: Terasmitra bekerjasama dengan GEF-SGP Indonesia dan Kaoem Telapak</ref>]] | [[File:Screen Shot 2025-01-07 at 16.03.47.png|thumb|Bahan-bahan yang diperlukan untuk melakukan Molapo, yaitu sereh wangi, sabut kelapa, sarang lebah kering, dan kemenyan. (Foto: Buku Siasah / Edy Susanto, hal. 48)<ref name=":0">Suwarno, Harijanto dan Aditya Widya Putri. 2021. [https://drive.google.com/file/d/1CzVPGqhrzO0YlNaiMClTcJdrhcxDG0F-/view?usp=sharing Siasah]. Jakarta: Terasmitra bekerjasama dengan GEF-SGP Indonesia dan Kaoem Telapak</ref>]] | ||
''Molapo'' merupakan ritual pengasapan kebun yang dilakukan oleh [[Panggoba]], yang bertujuan untuk melindungi tanaman kebun dan mengusir hama yang merusak. | '''''Molapo''''' merupakan ritual pengasapan kebun yang dilakukan oleh ''[[Panggoba]]'', yang bertujuan untuk melindungi tanaman kebun dan mengusir hama yang merusak. Salah satunya hama ulat. Dalam sekali siklus tanam, ''[[panggoba]]'' melakukan setidaknya tiga hingga lima kali ritual ''molapo''. Tak ada waktu khusus untuk melakukan ''molapo''. Ritual ini bisa digelar pada pagi, siang, atau sore hari. Tergantung kondisi tanaman, atau terserah pada permintaan orang yang mengundang ''[[Panggoba]].''<ref name=":0" /> | ||
Molapo bisa dilakukan dengan dua cara. | == Proses ''Molapo'' == | ||
''Molapo'' bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan duduk setengah jongkok di tengah kebun dan memulai ritual. Atau, dilakukan dengan mengelilingi perkebunan dari sudut ke sudut.<ref name=":0" /> | |||
Karena panggoba sudah langka, hampir tak ada lagi yang percaya akan kekuatan panggoba selain mereka yang dari kelompok generasi tua. Degradasi budaya sekaligus kemajuan pengetahuan telah membuat masyarakat skeptis, dan melabeli ritual yang dilakukan oleh panggoba sebagai perilaku sirik. Padahal bila dilihat dari kacamata pertanian hijau, ''molapo'' justru mempertahankan kestabilan ekosistem dan siklus hidup organisme. Apalagi jika dibandingkan dengan kegiatan pertanian sekarang, yang lazimnya memakai zat kimia sintetis untuk mengusir hama tanaman. Resiko dari penggunaan pestisida adalah kerusakan keanekaragaman hayati. Sementara teknik pengasapan dinilai lebih ramah lingkungan. <ref name=":0" /> | == ''Molapo'' di masa sekarang == | ||
Karena ''[[panggoba]]'' sudah langka, hampir tak ada lagi yang percaya akan kekuatan ''[[panggoba]]'' selain mereka yang dari kelompok generasi tua. Degradasi budaya sekaligus kemajuan pengetahuan telah membuat masyarakat skeptis, dan melabeli ritual yang dilakukan oleh ''[[panggoba]]'' sebagai perilaku sirik. Padahal bila dilihat dari kacamata pertanian hijau, ''molapo'' justru mempertahankan kestabilan ekosistem dan siklus hidup organisme. Apalagi jika dibandingkan dengan kegiatan pertanian sekarang, yang lazimnya memakai zat kimia sintetis untuk mengusir hama tanaman. Resiko dari penggunaan pestisida adalah kerusakan keanekaragaman hayati. Sementara teknik pengasapan dinilai lebih ramah lingkungan. <ref name=":0" /> | |||
== Sumber: == | |||
Suwarno, Harijanto dan Aditya Widya Putri. 2021. [https://drive.google.com/file/d/1CzVPGqhrzO0YlNaiMClTcJdrhcxDG0F-/view?usp=drive_link Siasah]. Jakarta: Terasmitra bekerjasama dengan GEF-SGP Indonesia dan Kaoem Telapak | |||
[[Category:Kearifan Lokal]] | [[Category:Kearifan Lokal]] | ||
[[Category:Sosial dan budaya]] | [[Category:Sosial dan budaya]] | ||
[[Category:Gorontalo]] | [[Category:Gorontalo]] | ||
[[Category:Kemampuan membaca alam]] | [[Category:Kemampuan membaca alam]] | ||
Latest revision as of 10:04, 7 January 2025
Molapo merupakan ritual pengasapan kebun yang dilakukan oleh Panggoba, yang bertujuan untuk melindungi tanaman kebun dan mengusir hama yang merusak. Salah satunya hama ulat. Dalam sekali siklus tanam, panggoba melakukan setidaknya tiga hingga lima kali ritual molapo. Tak ada waktu khusus untuk melakukan molapo. Ritual ini bisa digelar pada pagi, siang, atau sore hari. Tergantung kondisi tanaman, atau terserah pada permintaan orang yang mengundang Panggoba.[1]
Proses Molapo
Molapo bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan duduk setengah jongkok di tengah kebun dan memulai ritual. Atau, dilakukan dengan mengelilingi perkebunan dari sudut ke sudut.[1]
Molapo di masa sekarang
Karena panggoba sudah langka, hampir tak ada lagi yang percaya akan kekuatan panggoba selain mereka yang dari kelompok generasi tua. Degradasi budaya sekaligus kemajuan pengetahuan telah membuat masyarakat skeptis, dan melabeli ritual yang dilakukan oleh panggoba sebagai perilaku sirik. Padahal bila dilihat dari kacamata pertanian hijau, molapo justru mempertahankan kestabilan ekosistem dan siklus hidup organisme. Apalagi jika dibandingkan dengan kegiatan pertanian sekarang, yang lazimnya memakai zat kimia sintetis untuk mengusir hama tanaman. Resiko dari penggunaan pestisida adalah kerusakan keanekaragaman hayati. Sementara teknik pengasapan dinilai lebih ramah lingkungan. [1]
Sumber:
Suwarno, Harijanto dan Aditya Widya Putri. 2021. Siasah. Jakarta: Terasmitra bekerjasama dengan GEF-SGP Indonesia dan Kaoem Telapak
