Nyiru: Difference between revisions
No edit summary |
Lia de Ornay (talk | contribs) No edit summary |
||
| (One intermediate revision by one other user not shown) | |||
| Line 1: | Line 1: | ||
[[File: | [[File:Alat-Alat-Tenun-8403.jpg|thumb|Gumpalan kapas di atas Nyiru (Foto: Rosa Panggabean)]] | ||
''Nyiru'' adalah nampan yang terbuat dari anyaman daun gewang (sejenis pohon palma yang berbatang rendah dengan daun panjang menyerupai telapak tangan). Jika masih baru, ''nyiru'' berwarna hijau muda, makin lama dia dipakai warnanya berubah kekuningan.<ref name=":0">[https://drive.google.com/file/d/1uNizeFF1OGRJtdFIWVBq0KjFeYssRIcc/view?usp=sharing Tenun dan Para Penjaga Identitas], hal. 15</ref> | '''''Nyiru''''' adalah nampan yang terbuat dari anyaman daun gewang (sejenis pohon palma yang berbatang rendah dengan daun panjang menyerupai telapak tangan). Jika masih baru, ''nyiru'' berwarna hijau muda, makin lama dia dipakai warnanya berubah kekuningan.<ref name=":0">Maimunah, Siti. 2017. [https://drive.google.com/file/d/1uNizeFF1OGRJtdFIWVBq0KjFeYssRIcc/view?usp=sharing Tenun dan Para Penjaga Identitas]. Jakarta: Poros Photo, Perhimpunan Lawe, Organisasi Attaemamus (OAT), dan GEF SGP Indonesia (hal. 15)</ref> | ||
Biasanya, n''yiru'' digunakan untuk meletakkan bulu bulu kapas yang baru saja dipetik dari pohonnya. Gunanya, untuk memisahkan kapas dari bijinya. Biasanya, bisa menggunakan tangan, atau kadang memakai Abninis/''bninis'' (alat pemisah biji kapas tradisional orang Timor/Suku Dawan). <ref name=":0" /> | Biasanya, n''yiru'' digunakan untuk meletakkan bulu bulu kapas yang baru saja dipetik dari pohonnya. Gunanya, untuk memisahkan kapas dari bijinya. Biasanya, bisa menggunakan tangan, atau kadang memakai '''Abninis/''bninis''''' (alat pemisah biji kapas tradisional orang Timor/Suku Dawan). <ref name=":0" /> | ||
Sebelum dipintal menjadi benang, bulu-bulu kapas harus direnggangkan sehingga mengembang menggunakan alat seperti busur panah yang disebut ''sifo''. Hasilnya, tumpukan kapas yang menyerupai salju di atas ''nyiru''. Tumpukan ini kemudian digulung seperti kepompong-kepompong seukuran kepalan tangan anak kecil. Kumpulan “kepompong” yang dinamakan ''t'sun'' ini dipintal menjadi benang dengan [[Ike suti|''ike suti'']] (''ike'': kayu berbentuk lembing pendek sepanjang 25 cm untuk memintal kapas, ''suti'': tempurung/tempat kosong)<ref name=":0" /> | Sebelum dipintal menjadi benang, bulu-bulu kapas harus direnggangkan sehingga mengembang menggunakan alat seperti busur panah yang disebut '''''sifo'''''. Hasilnya, tumpukan kapas yang menyerupai salju di atas ''nyiru''. Tumpukan ini kemudian digulung seperti kepompong-kepompong seukuran kepalan tangan anak kecil. Kumpulan “kepompong” yang dinamakan ''t'sun'' ini dipintal menjadi benang dengan [[Ike suti|''ike suti'']] (''ike'': kayu berbentuk lembing pendek sepanjang 25 cm untuk memintal kapas, ''suti'': tempurung/tempat kosong)<ref name=":0" /> | ||
== Sumber: == | |||
Maimunah, Siti. 2017. [https://drive.google.com/file/d/1uNizeFF1OGRJtdFIWVBq0KjFeYssRIcc/view?usp=sharing Tenun dan Para Penjaga Identitas]. Jakarta: Poros Photo, Perhimpunan Lawe, Organisasi Attaemamus (OAT), dan GEF SGP Indonesia | |||
[[Category:Sosial dan budaya]] | [[Category:Sosial dan budaya]] | ||
[[Category:Kearifan Lokal]] | [[Category:Kearifan Lokal]] | ||
[[Category:Tenun]] | [[Category:Tenun]] | ||
Latest revision as of 08:54, 20 March 2025
Nyiru adalah nampan yang terbuat dari anyaman daun gewang (sejenis pohon palma yang berbatang rendah dengan daun panjang menyerupai telapak tangan). Jika masih baru, nyiru berwarna hijau muda, makin lama dia dipakai warnanya berubah kekuningan.[1]
Biasanya, nyiru digunakan untuk meletakkan bulu bulu kapas yang baru saja dipetik dari pohonnya. Gunanya, untuk memisahkan kapas dari bijinya. Biasanya, bisa menggunakan tangan, atau kadang memakai Abninis/bninis (alat pemisah biji kapas tradisional orang Timor/Suku Dawan). [1]
Sebelum dipintal menjadi benang, bulu-bulu kapas harus direnggangkan sehingga mengembang menggunakan alat seperti busur panah yang disebut sifo. Hasilnya, tumpukan kapas yang menyerupai salju di atas nyiru. Tumpukan ini kemudian digulung seperti kepompong-kepompong seukuran kepalan tangan anak kecil. Kumpulan “kepompong” yang dinamakan t'sun ini dipintal menjadi benang dengan ike suti (ike: kayu berbentuk lembing pendek sepanjang 25 cm untuk memintal kapas, suti: tempurung/tempat kosong)[1]
Sumber:
Maimunah, Siti. 2017. Tenun dan Para Penjaga Identitas. Jakarta: Poros Photo, Perhimpunan Lawe, Organisasi Attaemamus (OAT), dan GEF SGP Indonesia
- ↑ 1.0 1.1 1.2 Maimunah, Siti. 2017. Tenun dan Para Penjaga Identitas. Jakarta: Poros Photo, Perhimpunan Lawe, Organisasi Attaemamus (OAT), dan GEF SGP Indonesia (hal. 15)
