Sorgum: Difference between revisions

From Akal Lokal
(Created page with "'''Jagung Gimbal (Sebutan untuk Sorgum di Nusa Penida)''' Jagung ''gimbal'' atau ''bleleng'' adalah salah satu jenis sorgum budidaya atau dalam bahasa Latin-nya disebut ''sorghum bicolor (L.)''. Sorgum yang umum dikenal masyarakat berwarna putih, sedangkan bleleng berwarna merah keunguan. Untuk memperoleh biji siap olah, bleleng harus ditumbuk/digiling. Tepungnya digunakan untuk membuat ''jaje'' (kue.) Setelah dimasak, ''bleleng'' mirip dengan beras ketan. Di Nusa Penid...")
 
No edit summary
 
(3 intermediate revisions by the same user not shown)
Line 1: Line 1:
'''Jagung Gimbal (Sebutan untuk Sorgum di Nusa Penida)'''
[[File:Sorgum (Sorghum bicolor).jpg|thumb|Sorgum ''(Sorghum bicolor)''. (Foto: Lia de Ornay / TM)]]


Jagung ''gimbal'' atau ''bleleng'' adalah salah satu jenis sorgum budidaya atau dalam bahasa Latin-nya disebut ''sorghum bicolor (L.)''. Sorgum yang umum dikenal masyarakat berwarna putih, sedangkan bleleng berwarna merah keunguan. Untuk memperoleh biji siap olah, bleleng harus ditumbuk/digiling. Tepungnya digunakan untuk membuat ''jaje'' (kue.) Setelah dimasak, ''bleleng'' mirip dengan beras ketan. Di Nusa Penida, masyarakat dulu mengolah ''bleleng'' menjadi ''jaja'' ''bantal''. Berbeda dengan tepung terigu, tepung sorgum maupun ''bleleng'' lebih rendah kandungan gluten-nya sehingga kurang elastis. Proses pengolahannya tergolong rumit sehingga semakin sedikit masyarakat yang menanamnya. Selain itu, warna ''bleleng'' juga kurang menarik dan rasanya agak sepat. Olahan ''jaje'' ''bantal'' ini biasanya dicampur dengan parutan kelapa dan kacang merah maupun kacang jongkok.




Sumber: [https://drive.google.com/file/d/1Axa5TnZ0-CsCc1x7CB1j26fTQva7V20y/view?usp=drive_link Buku Sangia], hal. 168
'''Sorgum (''Sorghum bicolor'')''' menempati peringkat kelima sumber pangan dari biji-bijian terbanyak diproduksi secara global, setelah gandum, beras, jagung, dan jelay (''barley'')<ref>[http://perpustakaan.menlhk.go.id/pustaka/home/index.php?page=detail_news&newsid=448 Berdasarkan data Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) tahun 2016]</ref>.
 
Sorgum merupakan pangan fungsional yang memiliki manfaat kesehatan untuk mencegah penyakit yang terkait dengan sistem kekebalan tubuh, endokrin, saraf, sistem pencernaan, dan sistem sirkulasi. Bahan pangan ini memiliki peluang ekonomi sangat baik apabila dikembangkan secara massal. Namun begitu sorgum belum dikenal luas dan jarang dikonsumsi karena dibanding komoditas padi dan jagung yang sudah dibudidayakan<ref>https://ugm.ac.id/id/berita/mahasiswa-ugm-berdayakan-potensi-desa-bendung-lewat-olahan-makanan-dari-sorgum/</ref>.
 
== Sorgum bagi orang Sabu Raijua ==
Bagi orang Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sorgum adalah makanan pokok. Selain memanfaatkan nira (air dari [[pohon Lontar]]) dan [[Gula Sabu|gula sabu]].
 
Namun, setelah pemerintah memperkenalkan tanaman padi, masyarakat jadi tergantung pada beras. Sehingga sudah jarang orang menanam Sorgum. Padahal tanaman sorgum sangat cocok dengan geografis pulau Sabu Raijua.
 
Selain itu, dari zaman dahulu Sorgum menjadi makanan pokok orang Sabu Raijua. Sedangkan sekarang, sorgum hanya ditemui menjadi sajian pokok dalam ritual adat saja. Sedangkan diluar itu, sudah jarang<ref>TM untuk Knowledge Management GEF SGP fase 7 / Amelia Rina Nogo de Ornay</ref>.
 
== Batang Sorgum ==
[[File:Batang Sorgum.jpg|thumb|Batang Sorgum. (Foto: Lia de Ornay / TM)]]
 
 
Setelah panen, batang sorgum akan menjadi limbah pertanian. Di Sabu Raijua, batang sorgum biasanya dijemur kemudian dimanfaatkan sebagai alat pembersih debu seperti kemoceng.<ref>Pulau Raijua.</ref>
 
== Sumber: ==
TM untuk Knowledge Management GEF SGP fase 7 / Amelia Rina Nogo de Ornay
[[Category:Pertanian]]
[[Category:Pangan Lokal]]
<references />
[[Category:Sabu Raijua]]

Latest revision as of 07:22, 14 April 2025

Sorgum (Sorghum bicolor). (Foto: Lia de Ornay / TM)


Sorgum (Sorghum bicolor) menempati peringkat kelima sumber pangan dari biji-bijian terbanyak diproduksi secara global, setelah gandum, beras, jagung, dan jelay (barley)[1].

Sorgum merupakan pangan fungsional yang memiliki manfaat kesehatan untuk mencegah penyakit yang terkait dengan sistem kekebalan tubuh, endokrin, saraf, sistem pencernaan, dan sistem sirkulasi. Bahan pangan ini memiliki peluang ekonomi sangat baik apabila dikembangkan secara massal. Namun begitu sorgum belum dikenal luas dan jarang dikonsumsi karena dibanding komoditas padi dan jagung yang sudah dibudidayakan[2].

Sorgum bagi orang Sabu Raijua

Bagi orang Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sorgum adalah makanan pokok. Selain memanfaatkan nira (air dari pohon Lontar) dan gula sabu.

Namun, setelah pemerintah memperkenalkan tanaman padi, masyarakat jadi tergantung pada beras. Sehingga sudah jarang orang menanam Sorgum. Padahal tanaman sorgum sangat cocok dengan geografis pulau Sabu Raijua.

Selain itu, dari zaman dahulu Sorgum menjadi makanan pokok orang Sabu Raijua. Sedangkan sekarang, sorgum hanya ditemui menjadi sajian pokok dalam ritual adat saja. Sedangkan diluar itu, sudah jarang[3].

Batang Sorgum

Batang Sorgum. (Foto: Lia de Ornay / TM)


Setelah panen, batang sorgum akan menjadi limbah pertanian. Di Sabu Raijua, batang sorgum biasanya dijemur kemudian dimanfaatkan sebagai alat pembersih debu seperti kemoceng.[4]

Sumber:

TM untuk Knowledge Management GEF SGP fase 7 / Amelia Rina Nogo de Ornay