Jagung Katemak: Difference between revisions
From Akal Lokal
(Created page with "alt=Dokumentasi Sumartini dalam Perjalanan Monitoring dan Evaluasi Program Weaving for Life|thumb|Dokumentasi Sumartini dalam Perjalanan Monitoring dan Evaluasi Program Weaving for Life '''''Jagung Katemak''''' merupakan pangan lokal khas pulau Timor, Nusa Tenggara Timur. Terbuat dari jagung yang dipipil dan campuran berbagai macam kedelai, bisa kedelai hitam, kedelai hijau atau kacang turis. Makanan in...") |
Lia de Ornay (talk | contribs) No edit summary |
||
| Line 1: | Line 1: | ||
[[File:Jagung Katemak.jpg|alt=Dokumentasi Sumartini dalam Perjalanan Monitoring dan Evaluasi Program Weaving for Life|thumb| | [[File:Jagung Katemak.jpg|alt=Dokumentasi Sumartini dalam Perjalanan Monitoring dan Evaluasi Program Weaving for Life|thumb|Jagung ''Katemak''. (Foto: Sumartini / WFL)]] | ||
''''' | '''Jagung ''Katemak''''' merupakan [[Jagung Binthe Kiki|pangan lokal]] khas pulau Timor, Nusa Tenggara Timur (NTT). | ||
Terbuat dari [[Jagung Gimbal|jagung]] yang dipipil dan campuran berbagai macam kedelai. Bisa kedelai hitam, kedelai hijau atau kacang turis. | |||
Makanan ini kaya akan karbohidrat sehingga sering dijadikan masyarakat setempat sebagi pengganti nasi. Karena rasanya yang cukup hambar, biasanya masyarakat lokal mengkonsumsinya dengan aneka macam lauk pauk dan [[Sambal Nanas|sambal]].<ref>Sumartini / Perjalanan Monitoring Evaluasi Program Weaving for Life (WFL)</ref> | |||
== Sumber == | == Sumber == | ||
[[Category:Pangan Lokal]] | [[Category:Pangan Lokal]] | ||
[[Category:Jagung Lokal]] | [[Category:Jagung Lokal]] | ||
[[Category:Nusa Tenggara Timur]] | [[Category:Nusa Tenggara Timur]] | ||
<references /> | |||
[[Category:Timor]] | |||
Latest revision as of 05:24, 5 June 2025
Jagung Katemak merupakan pangan lokal khas pulau Timor, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Terbuat dari jagung yang dipipil dan campuran berbagai macam kedelai. Bisa kedelai hitam, kedelai hijau atau kacang turis.
Makanan ini kaya akan karbohidrat sehingga sering dijadikan masyarakat setempat sebagi pengganti nasi. Karena rasanya yang cukup hambar, biasanya masyarakat lokal mengkonsumsinya dengan aneka macam lauk pauk dan sambal.[1]
Sumber
- ↑ Sumartini / Perjalanan Monitoring Evaluasi Program Weaving for Life (WFL)
