Hyula: Difference between revisions
(Created page with "Hal lain yang perlahan menghilang, kebiasaan bekerja bersama di antara sesama petani. Kebiasaan menyatukan petani dalam proses bertani ini biasa disebut hyula dalam bahasa setempat. Tradisi ini menumbuhkan semanga jaringan kerja antaranggota masyarakat yang memunculkan ketahanan sosial dengan terpeliharanya relasi sosial. Sekarang, hanya tinggal sedikit desa di Gorontalo yang masih mempraktikkan kebiasaan ini, salah satunya ada di Dusun Tumba. Dalam buku Sejarah Daerah...") |
Lia de Ornay (talk | contribs) No edit summary |
||
| (4 intermediate revisions by 2 users not shown) | |||
| Line 1: | Line 1: | ||
'''''Hyula''''' merupakan kebiasaan menyatukan petani dalam proses bertani di [https://gorontaloprov.go.id/ Gorontalo]. ''Hyula'' kini perlahan menghilang diantara kebiasaan bekerja bersama di antara sesama petani. Tradisi ini menumbuhkan semangat jaringan kerja antaranggota masyarakat yang memunculkan ketahanan sosial dengan terpeliharanya relasi sosial. Sekarang, hanya tinggal sedikit desa di [https://gorontaloprov.go.id/ Gorontalo] yang masih mempraktikkan kebiasaan ini, salah satunya ada di Dusun Tumba.<ref>[https://drive.google.com/drive/folders/1JnKqvZcAImoCuKeVhw7r_84XJ3m7mM3i?usp=drive_link Buku Sangia,] hal. 212</ref> | |||
Dalam buku Sejarah Daerah Sulawesi yang diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1978) sistem kerja hyula terdiri dari kelompok kerja, disebut | == Sistem Kerja ''Hyula'' == | ||
Dalam buku Sejarah Daerah Sulawesi yang diterbitkan [https://www.kemdikbud.go.id/ Departemen Pendidikan dan Kebudayaan] (1978) sistem kerja ''hyula'' terdiri dari kelompok kerja, disebut '''“''polita''”''' atau '''“''heiya''”''' dan '''“''motiayo''”'''. | |||
''Polita'' atau ''heiya'', yaitu suatu kelompok kerja yang terdiri dari sejumlah anggota pekerja di mana tiap anggota mendapat giliran pekerjaan dalam mengerjakan kebun. ''Motiayo'', yaitu suatu pekerjaan yang dikerjakan secara sukarela melalui undangan dari pemilik kebun. Pekerjaan ''motiayo'' meliputi perombakan hutan, pemetikan hasil kebun, pengangkutan, dan lainnya. | |||
Aturan ''polita'' atau ''heiya'' sederhana, bertani secara bersama-sama dengan pengaturan kerja secara bergiliran. Misalnya saja, jika satu kelompok terdapat lima petani, maka semuanya akan bekerja bersama di satu lahan petani dalam satu hari kerja. Hari berikutnya, mereka akan pindah pada lahan petani lainnya, begitu terus sehingga seluruh lahan anggota selesai dikerjakan. | |||
Sumber: [https://drive.google.com/ | Tidak ada sistem upah dalam kerja ''hyula'' tersebut. Pemilik lahan yang ketempatan giliran ''hyula'' cukup menyediakan makan dan minum untuk orang-orang yang bekerja saja. Sanksi sosial akan bekerja jika ada seorang petani yang tidak bersedia bekerja dalam ''hyula''. Saat ia menggarap lahannya (baik saat membersihkan lahan, menanam, maupun memanen), para petani yang lainnya tidak akan membantu petani tersebut. Dan, itu pasti akan menyulitkan karena tidak ada tenaga kerja upahan di desa yang dapat diperbantukan dan terlampau berat jika mengerjakan kebun sendirian. | ||
== Fungsi Lain ''Hyula'' == | |||
Selain pekerjaan di kebun, ''hyula'' juga dilakukan saat memipil biji jagung. Pada masa belum tersedianya mesin pemipil, petani merontokkan biji-biji jagung dari tongkolnya secara manual. Ada yang dengan cara memipil dengan menggunakan jari, ada pula dengan cara memukuli tumpukan jagung (biasa disebut ''[[Muhul Milu|muhul milu]]'') secara bersama-sama. | |||
== Sumber: == | |||
Lopulalan, Dicky dan Palupi Nirmala. 2021. [https://drive.google.com/file/d/1Axa5TnZ0-CsCc1x7CB1j26fTQva7V20y/view?usp=drive_link Sangia, Hui, Sang Hyang Dollar, dan Para Pembaca Bintang]. Jakarta: Terasmitra dan Kapasungu dan didukung oleh GEF SGP Indonesia | |||
[[Category:Pertanian]] | |||
[[Category:Gorontalo]] | |||
Latest revision as of 07:11, 31 December 2024
Hyula merupakan kebiasaan menyatukan petani dalam proses bertani di Gorontalo. Hyula kini perlahan menghilang diantara kebiasaan bekerja bersama di antara sesama petani. Tradisi ini menumbuhkan semangat jaringan kerja antaranggota masyarakat yang memunculkan ketahanan sosial dengan terpeliharanya relasi sosial. Sekarang, hanya tinggal sedikit desa di Gorontalo yang masih mempraktikkan kebiasaan ini, salah satunya ada di Dusun Tumba.[1]
Sistem Kerja Hyula
Dalam buku Sejarah Daerah Sulawesi yang diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1978) sistem kerja hyula terdiri dari kelompok kerja, disebut “polita” atau “heiya” dan “motiayo”.
Polita atau heiya, yaitu suatu kelompok kerja yang terdiri dari sejumlah anggota pekerja di mana tiap anggota mendapat giliran pekerjaan dalam mengerjakan kebun. Motiayo, yaitu suatu pekerjaan yang dikerjakan secara sukarela melalui undangan dari pemilik kebun. Pekerjaan motiayo meliputi perombakan hutan, pemetikan hasil kebun, pengangkutan, dan lainnya.
Aturan polita atau heiya sederhana, bertani secara bersama-sama dengan pengaturan kerja secara bergiliran. Misalnya saja, jika satu kelompok terdapat lima petani, maka semuanya akan bekerja bersama di satu lahan petani dalam satu hari kerja. Hari berikutnya, mereka akan pindah pada lahan petani lainnya, begitu terus sehingga seluruh lahan anggota selesai dikerjakan.
Tidak ada sistem upah dalam kerja hyula tersebut. Pemilik lahan yang ketempatan giliran hyula cukup menyediakan makan dan minum untuk orang-orang yang bekerja saja. Sanksi sosial akan bekerja jika ada seorang petani yang tidak bersedia bekerja dalam hyula. Saat ia menggarap lahannya (baik saat membersihkan lahan, menanam, maupun memanen), para petani yang lainnya tidak akan membantu petani tersebut. Dan, itu pasti akan menyulitkan karena tidak ada tenaga kerja upahan di desa yang dapat diperbantukan dan terlampau berat jika mengerjakan kebun sendirian.
Fungsi Lain Hyula
Selain pekerjaan di kebun, hyula juga dilakukan saat memipil biji jagung. Pada masa belum tersedianya mesin pemipil, petani merontokkan biji-biji jagung dari tongkolnya secara manual. Ada yang dengan cara memipil dengan menggunakan jari, ada pula dengan cara memukuli tumpukan jagung (biasa disebut muhul milu) secara bersama-sama.
Sumber:
Lopulalan, Dicky dan Palupi Nirmala. 2021. Sangia, Hui, Sang Hyang Dollar, dan Para Pembaca Bintang. Jakarta: Terasmitra dan Kapasungu dan didukung oleh GEF SGP Indonesia
- ↑ Buku Sangia, hal. 212
