Mattanra Wettu: Difference between revisions
Rzky Ari 14 (talk | contribs) (Created page with "thumb|Mattanra Wettu Mattanra Wettu (Waktu Baik) merupakan sistem tradisional yang digunakan oleh masyarakat di daerah Bajiminasa dan sebagian besar di Sulawesi Selatan untuk menentukan waktu yang dianggap baik atau buruk untuk melakukan aktivitas. Dalam sistem ini, terdapat baris yang mewakili hari-hari dalam seminggu dan kolom yang menunjukkan pembagian waktu harian menurut Primbon (kitab yang berisikan ramalan) Bugis. Masyarakat Bugis meyak...") |
Lia de Ornay (talk | contribs) No edit summary |
||
| Line 1: | Line 1: | ||
[[File:Mattanra Wettu.jpg|thumb|Mattanra Wettu]] | [[File:Mattanra Wettu.jpg|thumb|Mattanra Wettu]] | ||
Mattanra Wettu (Waktu Baik) merupakan sistem tradisional yang digunakan oleh masyarakat di daerah Bajiminasa dan sebagian besar di Sulawesi Selatan untuk menentukan waktu yang dianggap baik atau buruk untuk melakukan aktivitas. Dalam sistem ini, terdapat baris yang mewakili hari-hari dalam seminggu dan kolom yang menunjukkan pembagian waktu harian menurut Primbon (kitab yang berisikan ramalan) Bugis. | '''''Mattanra Wettu''''' (Waktu Baik) merupakan sistem tradisional yang digunakan oleh masyarakat di daerah Bajiminasa dan sebagian besar di Sulawesi Selatan untuk menentukan waktu yang dianggap baik atau buruk untuk melakukan aktivitas. Dalam sistem ini, terdapat baris yang mewakili hari-hari dalam seminggu dan kolom yang menunjukkan pembagian waktu harian menurut Primbon (kitab yang berisikan ramalan) Bugis. | ||
Pembagian waktu dalam Mattanra Wettu juga dilengkapi dengan pola-pola tertentu yang mengindikasikan baik atau buruknya waktu tersebut. Misalnya, pola "Lobbang" menandakan hasil yang tidak baik, "Uju" merupakan kesialan, "Mallise" merupakan pertanda keberuntungan, "Tuo" menunjukkan kesejahteraan, dan "Pole Bola" menunjukkan waktu yang tidak terprediksi. Dengan demikian, Mattanra Wettu tidak hanya sekadar alat untuk menentukan waktu, tetapi juga memberikan pedoman yang penting bagi masyarakat Bugis dalam mengatur aktivitas sehari-hari mereka. | Masyarakat Bugis meyakini bahwa hari Senin, Rabu, Jumat, dan hari Minggu adalah waktu terbaik untuk melaksanakan kegiatan, sedangkan hari Selasa dianggap sebagai hari buruk karena asosiasinya dengan kata-kata negatif dalam bahasa Bugis. | ||
== Pembagian Waktu dalam ''Mattanra Wettu'' == | |||
Pembagian waktu dalam ''Mattanra Wettu'' juga dilengkapi dengan pola-pola tertentu yang mengindikasikan baik atau buruknya waktu tersebut. Misalnya, pola ''"Lobbang"'' menandakan hasil yang tidak baik, ''"Uju"'' merupakan kesialan, ''"Mallise"'' merupakan pertanda keberuntungan, ''"Tuo"'' menunjukkan kesejahteraan, dan ''"Pole Bola''" menunjukkan waktu yang tidak terprediksi. | |||
Dengan demikian, ''Mattanra Wettu'' tidak hanya sekadar alat untuk menentukan waktu, tetapi juga memberikan pedoman yang penting bagi masyarakat Bugis dalam mengatur aktivitas sehari-hari mereka. | |||
[[Category:Budaya]] | [[Category:Budaya]] | ||
[[Category:Kalender tanam]] | [[Category:Kalender tanam]] | ||
[[Category:Pertanian]] | [[Category:Pertanian]] | ||
[[Category:Hari Baik]] | [[Category:Hari Baik]] | ||
[[Category:Kemampuan membaca alam]] | |||
Latest revision as of 09:03, 16 December 2024
Mattanra Wettu (Waktu Baik) merupakan sistem tradisional yang digunakan oleh masyarakat di daerah Bajiminasa dan sebagian besar di Sulawesi Selatan untuk menentukan waktu yang dianggap baik atau buruk untuk melakukan aktivitas. Dalam sistem ini, terdapat baris yang mewakili hari-hari dalam seminggu dan kolom yang menunjukkan pembagian waktu harian menurut Primbon (kitab yang berisikan ramalan) Bugis.
Masyarakat Bugis meyakini bahwa hari Senin, Rabu, Jumat, dan hari Minggu adalah waktu terbaik untuk melaksanakan kegiatan, sedangkan hari Selasa dianggap sebagai hari buruk karena asosiasinya dengan kata-kata negatif dalam bahasa Bugis.
Pembagian Waktu dalam Mattanra Wettu
Pembagian waktu dalam Mattanra Wettu juga dilengkapi dengan pola-pola tertentu yang mengindikasikan baik atau buruknya waktu tersebut. Misalnya, pola "Lobbang" menandakan hasil yang tidak baik, "Uju" merupakan kesialan, "Mallise" merupakan pertanda keberuntungan, "Tuo" menunjukkan kesejahteraan, dan "Pole Bola" menunjukkan waktu yang tidak terprediksi.
Dengan demikian, Mattanra Wettu tidak hanya sekadar alat untuk menentukan waktu, tetapi juga memberikan pedoman yang penting bagi masyarakat Bugis dalam mengatur aktivitas sehari-hari mereka.
