Pohon Lontar
Pulau Sabu disebut juga dengan Pulau Lontar (Kepue Due) dan Gula (gula Sabu). Hal ini karena seluruh aspek kehidupan orang Sabu sangat berkaitan dengan pohon Lontar. Pohon Lontar sebagai pohon sumber kehidupan bagi orang Sabu. Karena dengan pohon Lontar orang Sabu bisa hidup. [1]
Hasil Pohon Lontar
Pohon Lontar menyediakan tuak atau air irisan pertama yang memiliki rasa manis. Tuak yang dimasak bisa jadi gula Sabu yang dimanfaatkan sebagai sumber energi (biasanya dijadikan menu sarapan atau makan malam).
Daun pohon Lontar juga dimanfaatkan sebagai atap rumah, anyaman tikar, wadah, dan perlengkapan adat, seperti perlengkapan adat Hole.
Batang pohon Lontar dipakai sebagai tiang rumah.
Jenis Pohon Lontar
Pohon lontar juga sangat istimewa karena memiliki gender (jenis kelamin), yaitu pohon lontar jantan atau dalam bahasa Sabu disebut, kal’li mone dan pohon lontar betina atau kal’li ban’ni.[1]
- Pohon Lontar Jantan atau kal’li mone memiliki tongkol bunga. Dari tongkol bunga Pohon Lontar Jantan inilah yang disadap dan menghasilkan tuak. Tuak biasanya dimanfaatkan langsung diminum karena manis. Selain itu, tuak bisa dimasak menjadi gula. Tuak yang dibiarkan begitu saja akan menjadi laru (rasanya sedikit asam). Dari laru akan menjadi cuka alami. Cuka ini biasa dimanfaatkan orang Sabu Raijua untuk kebutuhan memasak. Tuak juga bisa dimasak dan disuling lagi menjadi minuman beralkohol; moke dan sopi. Moke dan sopi ini biasa dijual dan menjadi sumber pendapatan orang Sabu Raijua.
- Pohon Lontar Betina atau kal'li ban'ni menghasilkan buah yang disebut Saboak. Buah Saboak ini bisa dimakan. Biasanya orang Sabu menjadikan Saboak sebagai pakan hewan ternak (babi). Buah Saboak yang jatuh dari pohon jika dibiarkan akan menjadi bibit Pohon Lontar yang baru.
Sadap Lontar
Dalam memanen hasil dari Pohon Lontar atau menyadap pohon Lontar, biasanya masyarakat Sabu Raijua akan membersihkan sisi luar dari batang pohon. Kemudian membuat pijakan agar dapat mencapai puncak pohon. Karena pohon Lontar memiliki batang yang licin.
Pijakan ini biasa terbuat dari daun lontar. Pijakan ini berfungsi untuk membantu para penyadap nira/tuak untuk memanjat pohon Lontar. Karena pohon lontar memiliki batang yang licin, sehingga pijakan ini dapat membantu para penyadap nira/tuak untuk bisa memanjat pohon dengan aman.[1]
Sumber:
TM untuk Knowledge Management GEF SGP fase 7 / Amelia Rina Nogo de Ornay
